kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.440.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.339   1,00   0,01%
  • IDX 7.829   -2,64   -0,03%
  • KOMPAS100 1.196   2,88   0,24%
  • LQ45 970   3,33   0,34%
  • ISSI 228   0,02   0,01%
  • IDX30 495   1,66   0,34%
  • IDXHIDIV20 597   3,35   0,56%
  • IDX80 136   0,44   0,33%
  • IDXV30 140   0,56   0,40%
  • IDXQ30 166   1,10   0,67%

Lapangan Kerja dan Upah Layak, Jadi Solusi Selamatkan Nasib Kelas Menengah


Jumat, 30 Agustus 2024 / 08:00 WIB
Lapangan Kerja dan Upah Layak, Jadi Solusi Selamatkan Nasib Kelas Menengah
ILUSTRASI. Penumpang commuterline berjalan menuruni tangga usai bubaran jam kerja di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa (27/8/2024). lapangan kerja dan pemberian upah yang layak menjadi kunci menyelamatkan masyarakat kelas menengah.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penciptaan lapangan kerja di sektor formal khususnya industri manufaktur, dan pemberian upah yang layak menjadi kunci menyelamatkan masyarakat kelas menengah.

Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik mencatat, pada 2019 masyarakat kelas menengah mencapai 57,33 juta, jumlah tersebut terus menurun, hingga mencapai  47,85 juta pada 2024, turun 9,48 juta orang dalam lima tahun terakhir.

Kepala Ekonom David Sumual menyampaikan, agar bisa melindungi kelas menengah, pemerintah juga harus peka terhadap respons geopolitik. Sebab, menurutnya, perubahan geopolitik amat penting diperhatikan.

“Jangan sampai kita lebih banyak dijadikan sasaran oleh negara lain sebagai konsumen, kita juga harus memanfaatkan supaya masuk investasi, relokasinya masuk ke indonesia. Akhirnya ada penyerapan tenaga kerja,” tutur David dalam agenda bertemakan ‘Optimisme Baru Pembangunan Ekonomiera Pemerintahan Prabowo – Gibran,’ Kamis (29/8).

Baca Juga: Jokowi Resmikan Gedung Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di RS Hasan Sadikin Bandung

Semakin banyak lapangan kerja yang terserap, maka masyarakat yang bekerja tersebut bisa naik kelas menjadi menengah, dan masyarakat kelas menengah tidak turun kasta.

Permasalahannya, kata David, sekitar 37% lulusan sarjana di Indonesia yang bekerja di sektor formal, 25% bekerja sebagai guru, kebanyakan guru honorer yang umumnya mendapatkan upah yang rendah. Sementara 12% nya bekerja di jasa pemerintahan.

“Nah kalau struktur tenaga kerjanya sebesar itu, tentu akan mempengaruhi upahnya. Kalau lebih banyak kerja di sektor manufaktur, yang upahnya lebih tinggi, maka upahnya yang didapatkan akan lebih baik,” ungkapnya.

Lebih lanjut, David menyampaikan, dengan pemberian upah yang layak, maka secara otomatis juga bisa mendorong perekonomian Indonesia. Konsumsi masyarakat kelas menengah akan semakin terdorong, serta kelas menengah bisa kembali menjadi andalan untuk mendorong perekonomian dalam negeri.

Baca Juga: Masyarakat Kelas Menengah Indonesia Banyak Turun Kasta, Ini Pemicunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×