Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan bulan Februari 2018 kembali mengalami defisit US$ 870 juta. Ini disebabkan lantaran nilai impor yang lebih tinggi, yakni US$ 14,21 miliar dibandingkan dengan nilai ekspor yang sebesar US$ 14,10 miliar.
Dia bilang, sejatinya pada Februari lalu terdapat surplus dari sektor non-migas. Akan tetapi, terkoreksi oleh impor migas yang sebesar US$ 869,7 juta.
“Kita defisit sejak bulan Desember, Januari dan Februari Jadi defisit selama tiga bulan berturut-turut ini perlu dijadikan perhatian,” kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Kamis (15/3).
Dia merincikan, nilai impor Indonesia bulan Februari 2018 ini meningkat 25,18% di bandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year). Memang, jika dibandingkan bulan Januari 2018, impor turun 7,17%.
Impor bulan Februari didominasi oleh, impor nonmigas yaitu sebesar US$ 11,95 miliar. Angka ini naik 34,58% year on year, tetapi terjun bebas 88,41% dibanding bulan Januari.
Dibandingkan Januari, penurunan impor terbesar terjadi pada golongan mesin dan pesawat mekanik.
Negara pemasok barang impor terbesar selama Januari dan Februari adalah China dengan nilai US$ 7,27 miliar atau berkontribusi sebesar 29,09% pada keseluruhan impor nonmigas. Jepang berkontribusi 10,90% atau sebesar US$ 2,73 miliar, dan Thailand sebesar US$ 1,63 miliar atau 6,51% terhadap impor nonmigas.
“Nilai impor semua golongan penggunaan barang, baik barang konsumsi dan bahan baku penolong, barang modal selama Januari hingga Februari 2018 mengalami peningkatan,” ujarnya.
Di sisi lain impor migas, pada Februari 2018 tercatat sebesar US$ 2,26 miliar. Angka ini turun 8,59% dibanding Februari 2017, dan hanya naik tipis 0,06% dibanding Januari 2018.
Ekspor
Ekspor Februari 2018 tercatat mencapai US$ 14,10 miliar. Angka ini turun 3,14% dibanding Januari 2018, tapi meningkat 11,76% dibanding Februari 2017.
Ekspor nonmigas mencapai US$ 12,71 miliar, turun 3,96% dibanding Januari, tapi naik 11,3% dibanding Februari 2017.
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Februari 2018 mencapai US$ 28,65 miliar atau meningkat 10,13% dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$ 25,94 miIiar atau meningkat 10,15%," imbuhnya
Dia melanjutkan, penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2018 terhadap Januari 2018 terjadi pada mesin/peralatan Iistrik sebesar US$ 86,6 juta, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada timah sebesar US$ 163,8 juta.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari - Februari 2018 naik 5,86% dibanding periode yang sama tahun 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 39,44%, sementara ekspor hasil pertanian turun 12,48%.
Ekspor nonmigas Februari 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$ 2,06 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,29 miliar dan Iepang US$ 1,27 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 36,34%. Sementara ekspor ke Uni Eropa sebesar US$ 1,41 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Februari 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$4,95 miliar, diikuti Jawa Timur US$3,05 miliar (10,66 %) dan Kalimantan Timur US$ 2,90 miliar.
“Ekspor kita masih terpaku pada SDA dan komoditas, ini harus dilakukan hilirisasi dan untuk menekan impor perlu membangun industri barang substitusi bahan baku,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News