Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Multi Structure masih belum bisa bernafas lega. Meskipun sebelumnya mampu lolos dari upaya kepailitan, kini giliran Lay Herdiyanto dan PT Hidup Baruna menggugat pailit perusahaan konstruksi tersebut di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Lay Herdiyanto dan Hidup Baruna mengklaim memiliki piutang yang jatuh tempo kepada Multi Structure. "Lantaran itu kami kembali mengajukan upaya kepailitan," kata Antony Prana Simanihuruk, kuasa hukum Herdiyanto dan Hidup Baruna, Rabu (19/3).
Utang tersebut muncul saat ada surat perjanjian sewa alat No 04/HB-HRD/VI/2009 antara Herdiyanto dengan Multi Structure. Total utang Multi kepada Herdiyanto mencapai sebesar Rp 73,6 juta.
Sementara, utang Multi Structure kepada Hidup Baruna terjadi saat ada perjanjian sewa Compactor Padfoot No.040/MS-HB/SPKS/CS.WUR.B/IX/08 pada 18 September 2008 dan berakhir 30 Juni 2009. Nah, total utang Multi Structure kepada Hidup Baruna sebesar Rp 725,6 juta.
Herdiyanto dan Hidup Baruna mengaku sudah berulang kali mengirimkan somasi ke pada Multi Structure agar melunasi kewajibannya. Tapi, sampai permohonan kepailitan dilayangkan tak ada juga penyelesaian utang.
Untuk meloloskan gugatan ini, Herdiyanto dan Hidup Baruna menyertakan kreditur lain yakni Azwar asal Pondok Mutiara, Pekan baru dengan tagihan Rp 2,7 miliar.
Kuasa hukum Multi Structure, Lora Tarigan dalam jawabannya menyatakan, Herdiyanto dan Hidup Baruna tidak memiliki kapasitas mengajukan pailit.
Pasalnya, Lora menyebut kedua pihak pemohon pailit tidak pernah melakukan perjanjian sewa dengan kliennya, Multi Structure.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News