Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan biaya dana atau Cost of Fund dari 2,6% pada akhir tahun 2020 menjadi 1,6% tahun 2021.
Royke optimis kredit sepanjang 2022 bisa tumbuh 7% hingga 10% yoy. BNI akan banyak mengubah proses bisnis secara digital dan memperkuat manajemen risiko. Sektor yang prospektif banyak sekali, mulai dari pembangunan infrastruktur, hilirisasi, pengolahan, pertanian, logistik, dan kesehatan serta properti.
Melalui perbaikan manajemen risiko, BNI berharap rasio kredit bermasalah bisa turun ke level dibawah 3% di penghujung tahun ini. Target ini akan melanjutkan penurunan NPL BNI dari 4,3% di 2020 dan 3,7% di 2021.
Baca Juga: BI Masih Optimistis Pertumbuhan Ekonomi pada 2022 Bisa Capai 5,5%
Tak sampai disitu, BNI berencana menerbitkan obligasi hijau (green bond) pada tahun ini. Dana yang terhimpun akan digunakan untuk memperkuat keuangan berkelanjutan perseroan. Tercatat portofolio hijau BNI tercatat Rp 172,4 triliun atau 29,6% dari total portofolio kredit BNI.
Selain itu, BNI akan merampungkan rencana mengakuisisi 63,92% Bank Mayora sebagai upaya perseroan untuk mendirikan bank digital yang fokus ke UMKM.
Skema akuisisi akan dilakukan dengan membeli saham yang sudah ada yang dimiliki International Finance Corporation (IFC) dan mengambil alih saham baru yang akan diterbitkan Bank Mayora sebanyak 1.029.151.550 yang mewakili 54,9% dari saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.
Nilai akuisisi tersebut mencapai Rp 3,5 triliun. Adapun dana yang digunakan berasal dari kas internal atau laba ditahan BNI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News