kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,88   -27,85   -3.00%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kupon ORI015 tinggi, biaya penerbitan SBN ke depan kian berat


Kamis, 04 Oktober 2018 / 16:25 WIB
Kupon ORI015 tinggi, biaya penerbitan SBN ke depan kian berat


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali membuka penawaran surat berharga negara (SBN) ritel yaitu Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri ORI015, mulai Kamis (4/10). Kali ini, pemerintah mematok tingkat bunga tetap 8,25% per tahun, jauh lebih tinggi dari penerbitan ORI014 yang hanya 5,85%. Tren suku bunga acuan yang meningkat membuat pemerintah harus menyesuaikan tawaran kupon SBN demi mempertahankan minat investor, terutama investor domestik.

Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting mengakui, tingkat kupon yang ditawarkan ORI015 ini tergolong tinggi. Namun, ini dianggap wajar di tengah kondisi pasar global maupun domestik saat ini.

"Ini kan kupon tetap, sedangkan outlook suku bunga masih akan naik di tingkat global. Jadi, ini kami perhitungkan dengan harapan bisa cukup menarik," ujar Loto, Kamis (4/10).

Selain itu, tingkat kupon yang tinggi ini juga diharapkan dapat menjaring lebih banyak investor ritel domestik. Pasalnya, pemerintah tengah fokus menggenjot kepemilikan investor dalam negeri pada SBN hingga tahun depan.

Di sisi lain, tawaran kupon SBN yang premium berisiko mengerek biaya penerbitan (cost of fund) surat utang pemerintah. Ifan Mohamad Ihsan, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), menilai, beban biaya penerbitan yang ditanggung pemerintah memang akan semakin berat seiring dengan tren kenaikan suku bunga acuan.

"Pemerintah tampaknya akan mencari alternatif selain lelang, salah satunya melalui penerbitan SBN ritel yang kuponnya cenderung tetap, atau lewat private placement," ujar Ifan kepada Kontan.co.id, Kamis (4/10).

Untuk itu, Ifan tak heran jika Kemkeu berniat menambah frekuensi penerbitan SBN ritel di tahun depan yang diperkirakan bakal lebih dari lima kali. "Sejak 2015, terlihat nilai rata-rata penerbitan SBN ritel itu sekitar 10% dari total SBN netto," tambah Ifan.

Selain itu, frekuensi penerbitan SBN ritel yang lebih tinggi juga seharusnya dapat memperluas kepemilikan investor domestik seperti harapan pemerintah. "Sekarang, kepemilikan SBN masih didominasi investor institusi dan asing, sedangkan investor ritel domestik cuma sekitar 2,9%," tandas Ifan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×