kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.663.000   13.000   0,79%
  • USD/IDR 16.305   39,00   0,24%
  • IDX 7.023   -50,95   -0,72%
  • KOMPAS100 1.029   -7,64   -0,74%
  • LQ45 799   -11,02   -1,36%
  • ISSI 212   0,47   0,22%
  • IDX30 414   -7,16   -1,70%
  • IDXHIDIV20 499   -6,15   -1,22%
  • IDX80 116   -1,06   -0,91%
  • IDXV30 120   -0,70   -0,58%
  • IDXQ30 137   -1,76   -1,27%

Kualitas Udara di Jakarta Membaik Saat WFH dan Rekayasa Lalu Lintas


Senin, 04 September 2023 / 21:23 WIB
Kualitas Udara di Jakarta Membaik Saat WFH dan Rekayasa Lalu Lintas
ILUSTRASI. Polusi udara menyelimuti deretan gedung perkantoran di Jakarta, Kamis (31/8/2023). Kualitas Udara di Jakarta Membaik Saat WFH dan Rekayasa Lalu Lintas.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, mengungkapkan bahwa kebijakan Work From Home (WFH) di hari pertama penyelenggaraan ASEAN langsung berdampak signifikan pada peningkatan kualitas udara di Jakarta.

"Pengurangan jumlah kendaraan bermotor karena WFH selama penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN membuat udara Jakarta menjadi lebih bersih," ujarnya kepada media pada Senin (4/9/2023).

Pada 4 September siang, indeks kualitas udara mencapai kategori sedang dengan level 99, dari sebelumnya yang menyentuh level 157 dalam kategori tidak sehat.

Baca Juga: Sebagian Unit PLTU Suralaya Dipadamkan, Begini Respon Pengusaha

Fahmy menegaskan, meskipun banyak yang menuduh PLTU sebagai sumber polusi di Jakarta, hal tersebut belum terbukti.

"Sebagai contoh, PLTU Suralaya telah dimatikan dengan kapasitas 1.600 MW sejak 29 Agustus 2023, namun hal tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kualitas udara di Jakarta dalam seminggu terakhir," paparnya.

Menurutnya, hal ini sesuai dengan pernyataan pemerintah yang menyatakan bahwa penyumbang polutan terbesar di Jakarta adalah sektor transportasi. Data menunjukkan bahwa sektor ini menyumbang lebih dari 42% polutan di Jakarta, disusul oleh sektor industri manufaktur.

Baca Juga: Ada Isu Polusi, Pemerintah Matikan PLTU Suralaya 1, 2, 3, 4

"Di sektor manufaktur, banyak pabrik milik swasta di Jakarta dan sekitarnya yang menghasilkan asap saat beroperasi. Rata-rata mereka tidak memiliki alat khusus untuk menyerap debu emisi yang dihasilkan," tutup Fahmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×