Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) kembali menggelar pertemuan trwiulanan, Senin (24/10).
Pertemuan ini dihadiri Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di gedung Kementerian Keuangan.
Dalam penjelasannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, secara umum kondisi ekonomi yang baik dan masih terkendali. Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko yang harus diantisipasi hingga akhir tahun.
Salah satunya adalah pelemahan ekonomi global yang tetap menekan peran intermediasi lembaga jasa keuangan. Akibatnya, penyaluran kredit ke masyarakat rendah.
"Perbankan masih hati-hati dalam mengantisipasi kenaikan non performing loan (kredit macet/ NPL)," ujar Sri Mulyani, Senin (24/10) di Jakarta.
Di sisi lain, permintaan kredit dari perusahaan juga masih rendah. Ini ditunjukkan dengan penurunan eksposure utang korporasi.
Sejatinya, kualitas kredit masih menunjukkan kesehatan perbankan. Menurut Ketua OJK Muliaman D. Hadad, NPL gross hingga Agustus 2016 lalu berada di level 3,22%. Sedangkan kredit bermasalah nett di level 1,4%. Angka ini masih jauh di bawah batas 5%.
Namun demikian, pertumbuhan kredit masih menjadi perhatian. Pertumbuhan kredit masih berada di level antara 6%-8%.
Selain itu, KSSK juga menyimpulkan lambatnya pemulihan ekonomi global, berimbas pada lemahnya aktivitas perdagangan internasional, dan rendahnya harga komdoitas. Di sisi lain, pertemuan ini juga menyimpulkan sejumlah langkah harus segera dilakukan untuk merespon kondisi-kondisi ini.
Meskipun BI sudah melonggarkan kembali kebijakan moneternya, sengan menurunkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate menjadi 4,75% belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News