kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KSP: IKN Jadikan Indonesia Tak Lagi Jawa Sentris


Minggu, 30 Januari 2022 / 16:24 WIB
KSP: IKN Jadikan Indonesia Tak Lagi Jawa Sentris
ILUSTRASI. Pradesain Istana Negara berlambang burung Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) karya seniman I Nyoman Nuarta.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mengatakan bahwa gagasan pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur merupakan keseriusan Pemerintah dalam memeratakan pembangunan agar tidak terpusat di Pulau Jawa.

"Sebagian besar APBN hanya berputar di Jawa. Jadi gagasan pertama dan utama dari pemindahan IKN ini adalah agar Indonesia tidak menjadi Jawa Sentris," kata Ali Ngabalin dalam keterangan resmi, Minggu (30/1).

Hal tersebut berdasarkan, Pulau Jawa selalu menjadi penyumbang terbesar bagi Perekonomian Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Pulau Jawa mencatatkan angka 57,55% untuk besaran Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III-2021. Ini artinya perputaran ekonomi terbesar terjadi di Pulau Jawa.

Sementara itu, PDB di Pulau Kalimantan hanya tercatat sebesar 8,32%, Pulau Sulawesi sebesar 6,98%, serta Pulau Maluku dan Papua sebesar 2,45%.

Baca Juga: Rencana Induk Ibu Kota Negara Baru Tunggu Aturan Baru

"Dengan pemindahan IKN ini perputaran APBN, alokasi keuangan, dan kebijakan yang tadinya berpusat di Pulau Jawa dapat bergeser dan merata ke Pulau di luar Jawa. Ini akan memutus mata rantai 'apa-apa Orang Jawa'," lanjut Ali Ngabalin.

Akademisi dari Universitas Cenderawasih Dr. Septinus Saa mendukung langkah visioner Pemerintah. Ia juga mencontohkan bagaimana tata kelola Pemerintahan di Australia menjadi lebih baik setelah Ibu Kota Negara berpindah dari Sydney ke Melbourne.

"Kita melihat kepadatan penduduk di Pulau Jawa terutama Jakarta. Selain itu, faktor lingkungan juga terbengkalai dimana sekarang banyak terjadi musibah. Hal ini menjadikan Jakarta tidak ideal lagi sebagai Ibu Kota," kata Septinus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×