kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Kontras mendesak Polri bebaskan Adrianus Meliala


Kamis, 28 Agustus 2014 / 19:02 WIB
Kontras mendesak Polri bebaskan Adrianus Meliala
ILUSTRASI. Ada perkiraan investor jadi membeli bitcoin di tengah hancurnya sistem perbankan di Amerika Serikat (AS).?(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tindakan pihak Kepolisian RI menjerat Komisioner Komisi Kepolisian Nasional Adrianus Meliala dalam tuduhan pidana penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap institusi kepolisian mendapat perlawanan dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).

Kontras mendesak Kepolisian RI untuk membebaskan  Adrianus dari tuduhan pidana penghinaan atau pencemaran nama baik terhadap institusi kepolisian.  "Kontras mendesak Kapolri untuk mencabut Laporan Polisi No: LP/769/VIII/2014/Bareskrim tanggal 19 Agustus 2014 dan menghentikan segala bentuk perbuatan/proses hukum terhadap Adrianus Meliala," kata Koordinator Kontras Haris Azhar dalam keterangan tertulis, Kamis (28/8).

Haris bilang, Kontras mengecam tindakan Polri yang melaporkan dan memanggil Komisioner Kompolnas tersebut atas tuduhan tindakan menghina penguasa atau badan umum, pencemaran nama baik dan/atau fitnah sebagaimana diatur dalam Pasal 207, 310 dan/atau 311 KUHP.

Laporan itu dilakukan atas dasar pernyataan Adrianus dalam wawancara dengan MetroTV yang menyampaikan pandangannya dalam kedudukannya sebagai Komisioner Komisi Kepolisian Nasional mengenai keterlibatan anggota Polri dalam kasus judi online yang dianggap menyinggung institusi Polri. "Kontras menilai tindakan melaporkan dan memeriksa Komisioner Kompolnas tersebut menunjukan Polri antikoreksi," terangnya.

Sebaliknya, Adrianus, dengan wewenangnya sebagai Komisioner Kompolnas, memiliki kewajiban untuk memberikan informasi publik atas kerja dan proses pelaporan yang diterimanya. Karena itu, Kontras menilai wajar bila kemudian Adrianus memberikan keterangan lewat media massa atas sebuah atau beberapa kasus yang jadi domain kerjanya.

"Pernyataan Adrianus bukan sekedar kebebasan berpendapat, akan tetapi sebuah kewajiban pejabat publik memberikan informasi. Maka tindakan Adrianus adalah tepat sepanjang pernyataannya paralel dan ditindak lanjuti dengan mekanisme koreksi dari Kompolnas ke Polri atau ke pejabat terlapor," kata Haris.

Ia juga mengingatkan jaminan kerja Kompolnas sebagai lembaga resmi negara yang mempunyai tugas pokok untuk melakukan pengawasan terhadap Polri, sebagaimana diatur dalam Pasal 37 s/d 40 UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia jo Pasal 3 ayat (2) Perpres No 17 Tahun 2011 Tentang Komisi Kepolisian Nasional.

Untuk itu, Kontras menilai Polri sepatutnya menempatkan Kompolnas sebagai pemangku kepentingan yang dapat membantu menuntaskan agenda reformasi tersebut melalui laporan-laporan, masukan atau kritik yang disampaikan oleh Kompolnas dan bukan malah melakukan proses hukum. "Kami justru melihat seharusnya Kompolnas diberi wewenang yang lebih besar untuk membantu Polri memperbaiki diri. Bukan justru dikriminalkan," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×