Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diprediksi mengalami perlambatan akibat masih tertahannya konsumsi masyarakat.
Meskipun Ramadan dan Lebaran biasanya menjadi momentum peningkatan daya beli, pada tahun ini masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam pengeluaran mereka.
Senior Economist PT KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana menjelaskan bahwa konsumsi masyarakat biasanya memang mengalami peningkatan di bulan Ramadan dan Lebaran, namun pada tahun ini diprediksi tidak sebesar tahun sebelumnya.
Menurutnya, meski ada dorongan dari tunjangan hari raya (THR) dan stimulus pemerintah lainnya, hal tersebut belum cukup mendorong konsumsi masyarakat lebih tinggi lagi.
"Sepertinya masih akan (menahan belanja). Pengeluarannya mungkin tidak sebesar di tahun lalu," ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (4/3).
Baca Juga: Kondisi Ekonomi Indonesia Dinilai Tidak Baik-Baik Saja, Cermati Indikatornya
Beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat lebih berhati-hari dalam belanja antara lain realokasi anggaran yang membatasi efek belanja masyarakat serta dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) yang membuat sebagian orang lebih waspada dalam mengatur keuangannya.
"Ada yang terkena PHK tentunya juga akan membuat masyarakat menahan belanjanya juga," katanya.
Memang, pemerintah telah berupaya mendorong konsumsi dengan berbagai stimulus seperti diskon belanja, diskon tiket pesawat, hingga diskon tarif tol.
Namun, Fikri menilai dampaknya masih terbatas karena kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini.
"Seharusnya bisa mendorong disposable income masyarakat lebih besar. Tapi sekali lagi mungkin akan sedikit berhati-hati," imbuh Fikri.
Dampak dari konsumsi yang tertahan ini juga berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2025. Namun, Fikri menilai masih ada faktor positif yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi, seperti dorongan dari sektor manufaktur, hilirisasi industri, serta program pemerintah seperti pembangunan tiga juta rumah dan makan bergizi gratis (MBG).
Di sisi lain, Fikri memperkirakan kecil kemungkinan terjadi deflasi pada bulan Maret 2024.
Ia memprediksi inflasi akan tetap terjadi akibat kenaikan tarif listrik, meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa, serta mobilitas masyarakat yang lebih tinggi dengan angka inflasi secara tahunan berada pada kisaran 0,5% hingga 0,6% yoy.
Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, secara garis besar, siklus Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memang menunjukkan tren peningkatan setiap bulan Ramadan.
Hal ini terutama didorong oleh sektor consumer goods, khususnya makanan dan fashion, yang mengalami kenaikan minimal 30% dibandingkan bulan-bulan biasa.
Hanya saja, Banjaran menyoroti adanya fenomena baru dalam pola konsumsi masyarakat, yakni peralihan dari first brand ke second brand akibat pelemahan daya beli.
"Kami melihat sebetulnya sejalan dengan pelemahan daya beli ada fenomena second brand di mana masyarakat mengganti barang yang sama dari fisrt brand ke second brand. Namun, opportunity masih ada yang sama," kata Banjaran.
Selain itu, ia juga masih menantikan dampak dari stimulus ekonomi seperti diskon pajak tiket transportasi dan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) terhadap peningkatan konsumsi masyarakat, terutama dalam sektor mobilitas seperti tiket pesawat.
"Momentum Ramadan ini sangat penting, tidak hanya (dalam mendorong) pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan karena ekosistemnya melibatkan UMKM," terangnya.
Meski terjadi pergeseran konsumsi ke second brand untuk kebutuhan esensial, ia tetap optimistis bahwa THR akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Yang kaya juga masih spending," ujar Banjaran, menegaskan bahwa daya beli kelompok ekonomi atas tetap kuat dan berpotensi menjaga laju konsumsi di berbagai sektor
Baca Juga: Para Ekonom Kompak Deflasi Berlanjut di Februari 2025
Selanjutnya: Harga Apartemen Ciputra Group di Pusat Jakarta Masih Ada Rp 1 Miliaran
Menarik Dibaca: 10 Cara Menurunkan Asam Urat Tanpa Obat Saat Puasa, Ini Tips yang Harus Dicoba
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News