kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konflik dagang & merosotnya kepercayaan konsumen hambat pertumbuhan ekonomi China


Senin, 21 Januari 2019 / 09:45 WIB
Konflik dagang & merosotnya kepercayaan konsumen hambat pertumbuhan ekonomi China


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi China berada pada level terlemah sejak masa krisis finansial global 2009 lalu. Melemahnya permintaan global dan konflik perdagangan memukul momentum pertumbuhan ekonomi China, seperti yang telah diperkirakan sebelumnya.

Mengutip Bloomberg, Senin (21/1), Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 6,4% secara tahunan (yoy) di kuartal keempat tahun 2018. Angka tersebut sejalan dengan konsensus ekonom sebelumnya, namun melambat dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yakni 6,5% yoy.

Sementara, untuk tahun 2018, pertumbuhan ekonomi China tercatat 6,6%, sejalan dengan estimasi sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Negeri Panda tersebut terus mengalami moderasi dari tahun-tahun sebelumnya di mana PDB sanggup tumbuh double-digit.

Berikut beberapa data perekonomian China lainnya: Output industri naik 5,7%, lebih tinggi dari estimasi ekonomi sebelumnya yakni 5,3%;  Penjualan ritel meningkat 8,2%, sedikit di atas perkiraan 8,1%;  Investasi aset tetap (fixed-asset investment) naik 5,9% secara tahunan, lebih rendah dari perkiraan 6% dan tingkat pengangguran bulanan yang disurvei perkotaan 4,9% pada akhir Desember.

Manajer portofolio untuk Asia di Pacific Investment Management Co. Hong Kong Stephen Chang menilai, konflik perdagangan, pembatasan utang, serta merosotnya kepercayaan konsumen menjadi hambatan utama yang dihadapi perekonomian China sepanjang tahun ini. "Sementara pemerintah menerapkan respons kebijakan, kami mengantisipasi risiko-risiko tadi akan meningkat selama tahun ini," tulis Chang dalam catatannya seperti dikutip Bloomberg.

Adapun, sejauh ini, pemerintah dan bank sentral China telah berupaya menstimulasi perekonomian tanpa menggunakan kredit dan infrastruktur besar-besaran seperti pada tahun 2009. Bank Rakyat China telah menurunkan biaya pinjaman antar bank tanpa benar-benar memotong suku bunga resmi. Otoritas fiskal pun terus melakukan pemotongan pajak dan mempercepat penjualan obligasi pemerintah, di antara kebijakan lainnya.

Kendati demikian, besarnya pasar China membuat perlambatan ekonomi yang dialaminya turut memberi dampak negatif bagi perusahaan dan industri di seluruh dunia. Misalnya, penjualan mobil di negara terpadat itu turun untuk pertama kalinya dalam tiga dekade pada tahun lalu, merusak prospek tidak hanya produsen lokal. tetapi juga perusahaan seperti Volkswagen AG dan Toyota Motor Corp.

Sementara itu, penurunan penjualan iPhone di China telah melukai harga saham Apple Inc. sepanjang bulan ini dan menimbulkan tanda tanya apakah konsumen dapat terus bertahan di tengah kondisi ekonomi saat ini.

Ekonom berspekulasi, jika perlambatan ekonomi China semakin dalam, pemerintah akan melakukan pelonggaran yang lebih agresif, di antaranya meredam pembatasan pembelian properti di kota-kota terbesar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×