kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ketum Kadin Beberkan Hubungan Perang di Ukraina dengan Kenaikan Harga Minyak Goreng


Rabu, 16 Maret 2022 / 14:07 WIB
Ketum Kadin Beberkan Hubungan Perang di Ukraina dengan Kenaikan Harga Minyak Goreng
ILUSTRASI. Seorang pengunjung memilih minyak goreng yang dijual di supermarket di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/12/2021). Ketum Kadin Beberkan Hubungan Perang di Ukraina dengan Kenaikan Harga Minyak Goreng.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, permasalahan minyak goreng tak hanya menjadi masalah di Indonesia saja, melainkan juga dunia.

Hal tersebut diduga lantaran adanya konflik antara Rusia dan Ukraina yang diwaspadai seluruh negara dampaknya. Tak hanya biaya energi yang naik namun juga berdampak pada harga bahan pokok makanan. Di mana sebelumnya sudah terdampak dengan adanya pandemi Covid-19.

"Misalnya minyak goreng kita mengatakan bahwa minyak goreng itu bukan masalah kita aja tapi menjadi masalah dunia," kata Arsjad dalam Rakernas Kadin Bidang Ketenagakerjaan, Rabu (16/3).

Baca Juga: Curiga Ada Mafia Minyak Goreng, Mendag Gandeng Polri

Naiknya minyak sawit disebabkan karena tingginya permintaan di dunia akan komoditi ini. Arsjad menjelaskan, negara yang sebelumnya menggunakan minyak bunga matahari beralih ke minyak sawit karena mayoritas minyak bunga matahari yang diproduksi Rusia dan Ukraina tak dapat diekspor karena kondisi konflik yang terjadi di sana.

"Tiba-tiba kelapa sawit bisa naik karena ada yang namanya minyak sunflowers yang diproduksi Rusia dan di Ukraina tidak bisa diekspor. Akhirnya beralihlah itu kepada yang namanya minyak lainnya yaitu sawit. Makanya apa yang terjadi permintaan sawit naik," jelasnya.

Tak hanya minyak goreng, gandum juga disebut terdampak dengan adanya konflik dua negara tersebut. Arsjad menjelaskan, 30% suplai gandum dunia berasal dari Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Pelaku Usaha Minyak Jelantah Protes Terhadap Aturan Larangan Ekspor Minyak Jelantah



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×