CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.899   -39,00   -0,25%
  • IDX 7.138   -76,51   -1,06%
  • KOMPAS100 1.092   -10,91   -0,99%
  • LQ45 870   -5,37   -0,61%
  • ISSI 215   -3,30   -1,51%
  • IDX30 446   -1,89   -0,42%
  • IDXHIDIV20 539   -0,16   -0,03%
  • IDX80 125   -1,20   -0,95%
  • IDXV30 135   -0,37   -0,27%
  • IDXQ30 149   -0,41   -0,27%

Ketidakpastian Global Masih Jadi Ancaman pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Kamis, 08 September 2022 / 06:35 WIB
Ketidakpastian Global Masih Jadi Ancaman pada Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Dunia masih dihadapkan dengan penuh ketidakpastian. Bahkan, ketidakpastian tersebut berpotensi menyundut terjadinya krisis pangan dan energi, serta krisis utang di berbagai negara.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, ketidakpastian tersebut membuat masyarakat di berbagai dunia juga ikut merasakan perekonomian yang tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Risiko stagflasi dan guncangan ketidakpastian di pasar keuangan menjadi realitas yang sulit untuk dihindari.

Terlebih lagi Tauhid bilang, perang Rusia-Ukraina memiliki dampak yang berkepanjangan di mana harga komoditas berada pada level yang tinggi disertai dengan gangguan rantai pasok maupun aksi proteksionisme di berbagai negara.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Belum Kuat, Ini yang akan Dilakukan BI

"Implikasi pada kondisi di dalam negeri telah dirasakan selama satu tahun terakhir," ujar Tauhid dalam Sarasehan 100 Ekonomi Indonesia 2022, Rabu (7/9).

Namun Tauhid membeberkan sisi positifnya, yaitu harga komoditas yang tinggi mendorong kinerja perdagangan dan surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin baik, serta pertumbuhan ekonomi yang berapa pada label yang cukup tinggi sebesar 5,4% pada Kuartal II-2022.

Meski begitu, harga minyak global yang penuh ketidakpastian membuat pemerintah Indonesia terpaksa menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) meskipun subsidi telah diberikan sangat besar untuk menjaga daya beli masyarakat, dan khususnya menjaga masyarakat miskin.

Tauhid menyebut, langkah tersebut menjadi satu kesatuan dalam upaya normalisasi pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Baca Juga: Inflasi & Digitalisasi Pekerjaan Rumah Gubernur BI

Namun menurutnya, hal itu saja tidak cukup, potensi inflasi maupun dampak rembetan lainnya perlu diantisipasi dengan baik sehingga perlu kerjasama yang kuat dari seluruh stakeholder, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, media, bahkan kalangan akademisi untuk menjadi bagian dari upaya normalisasi perekonomian Indonesia.

"Perlu aksi nyata dalam proses normalisasi dengan melihat tantangan dan peluang yang saat ini terjadi," tegas Tauhid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×