kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketar-ketir kenaikan harga pangan


Selasa, 11 Agustus 2015 / 08:54 WIB
Ketar-ketir kenaikan harga pangan


Reporter: Adisti Dini Indreswari, Fahriyadi, Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kenaikan harga pangan yang terjadi belakangan mulai menimbulkan kekhawatiran. Apalagi, Kepolisian juga mulai turun tangan dengan menelisik pihak di balik kenaikan harga pangan.

Tengok saja, harga daging sapi kini sudah menyentuh harga Rp 140.000 per kilogram (kg) dari normalnya hanya Rp 100.000 per kg. Harga cabai pun makin pedas karena sudah menyentuh level Rp 70.000 per kg, jauh di atas harga normal yang hanya sekitar Rp 30.000 per kg. Harga daging ayam, telur, bahkan harga sayur mayur ikut meroket, meninggalkan harga wajarnya.

Jika harganya tak terkendali, ini bisa mendongkrak inflasi dan merobek kocek masyarakat. Abdullah Mansuri, Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyebut, lonjakan harga pangan saat ini adalah yang terburuk dalam tiga dekade terakhir. Pasca Lebaran, harga pangan biasanya melandai. Namun, kini justru tak terkendali. Kondisi ini bisa mendongkrak angka inflasi di Agustus.

"Kondisi ini tak bisa dibiarkan karena dapat merusak ekonomi nasional secara keseluruhan," tandas Abdullah pada KONTAN, Senin (10/8). Menurutnya, kenaikan harga pangan yang tidak wajar ini juga telah menekan omzet pedagang di pasar hingga 40% lantaran daya beli masyarakat turun drastis.

Namun, pemerintah nampaknya masih anteng. Rachmat Gobel, Menteri Perdagangan meyakinkan pasokan pangan, seperti beras dan daging sejatinya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hanya pasokan beberapa komoditas hortikultura, seperti sayur mayur, berkurang di pasar.

Rachmat melihat, ancaman dampak kekeringan terhadap produksi pangan kian nyata. Saat ini, pemerintah berupaya merekayasa cuaca dengan membuat hujan buatan.

David Sumual, Ekonom Bank Central Asia (BCA) menyebutkan, ada tiga faktor penyebab kenaikan harga pangan. Pertama, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menekan impor bahan pangan.

Kedua, data yang simpang siur antar instansi pemerintah menjadi biang keladi kesalahan pengambilan kebijakan. Ketiga, spekulan yang memanfaatkan untuk mencari keuntungan.

Menurut Rahmat, Kementerian Perdagangan juga siapkan opsi terakhir jika pasokan pangan kian bermasalah. "Impor jadi solusi untuk situasi terburuk yang terjadi pada komoditas pangan," tuturnya. Kabar terbaru, tercium peran spekulan yang mendorong kenaikan harga dengan menahan stok.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyatakan, polisi akan menelusuri tujuh importir besar bidang pangan. Mereka diduga di balik meroketnya harga pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×