Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serangan ransomware dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi negara.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, mengungkapkan bahwa berdasarkan studi Gartner 2014, dampak ekonomi downtime per menit mencapai US$ 5.600. Artinya, dalam sehari kerugian ekonomi bisa mencapai US$ 8,064 juta atau sekitar Rp 132,2 miliar.
"Sampai hari ini, kerugian sudah mencapai Rp 1,2 triliun," ujarnya.
Heru menekankan bahwa angka ini akan terus bertambah hingga Pusat Data Nasional (PDN) dipulihkan sepenuhnya. Jika tidak, kerugian bisa tak ternilai karena data dianggap sebagai "ladang minyak baru."
Baca Juga: BSSN Sebut Belum Ada Aktivitas Pembocoran Data PDNS 2
Heru juga menyebutkan kerugian turunan dari gangguan layanan seperti imigrasi dan pemerintahan, serta penurunan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, Heru mendesak upaya maksimal untuk memulihkan layanan dan menyelamatkan data.
Heru menyarankan pemerintah memperbaiki perencanaan keamanan siber, termasuk memiliki data recovery center yang tersinkronisasi dengan PDN utama. Selain itu, dia menekankan pentingnya menggunakan lebih dari sekadar Windows Defender untuk keamanan.
"Windows Defender tidak cukup. Harus ada fitur keamanan lainnya," kata Heru.
Baca Juga: Menghadapi Serangan Siber, DPR Imbau Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
PDN harus dijaga 24/7 untuk mengantisipasi insiden seperti dimatikannya Windows Defender pada 17 Juni 2024.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hisna Siburian, menyatakan bahwa investigasi BSSN belum menemukan aktivitas pembocoran data dari Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2. Data-data PDNS 2 masih dienkripsi dan belum ada yang bocor, harapannya tidak akan terjadi kebocoran data.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News