kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

KEN: Penyerapan tenaga kerja tahun ini jeblok


Minggu, 16 Desember 2012 / 13:28 WIB
KEN: Penyerapan tenaga kerja tahun ini jeblok
ILUSTRASI. Sepeda lipat Element Ecosmo 8SP edisi Bosque dengan Baim Wong dan Paula.


Reporter: Agus Triyono |

JAKARTA. Komite Ekonomi Nasional (KEN) menghitung penyerapan tenaga kerja sampai dengan September kemarin masih meleset jauh dari target pemerintah tahun ini. Tinggal tiga bulan lagi tahun ini ditutup, namun hanya 180.000 tenaga kerja bisa diserap setiap ekonomi tumbuh 1%.

Padahal, target tahun ini, penyerapan per 1% pertumbuhan ekonomi akan mencapai 450.000 tenaga kerja.

Menurut anggota KEN Ninasapti Triaswati, kesimpulan itu didapat KEN setelah menghitung data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai jumlah warga negara Indonesia yang bekerja sampai September kemarin.

Nina menjelaskan bahwa tren penurunan penyerapan tenaga kerja ini sangat mengkhawatirkan. Terlebih lagi, apabila membandingkannya dengan kondisi tahun 2010 dan 2011. Tahun 2010, ekonomi tumbuh 6,1%, namun tenaga kerja yang diserap mencapai 500.000 orang. Sedangkan tahun 2011, ekonomi yang menanjak 6,5% menyerap 225.000 tenaga kerja per 1% pertumbuhan ekonomi.

"Kita sebenarnya boleh bangga dengan pencapaian bahwa Indonesia, termasuk pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di ASEAN. Namun, ada satu hal yang kita tidak bisa gembira, satu persen pertumbuhan ekonomi yang terjadi ternyata hanya mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang kecil," kata Nina akhir pekan kemarin.

Menanggapinya, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Armida Alisjahbana berkata, rendahnya angka elastisitas penyerapan tenaga kerja itu akibat perbedaan persepsi data antara pemerintah dengan KEN. Perbedaan data tersebut disebabkan oleh perubahan metodologi penghitungan jumlah angkatan kerja yang dilakukan oleh BPS beberapa waktu lalu.

Perbedaan lain, juga disebabkan oleh perbedaan perbandingan dan metodologi yang dibuat oleh KEN dalam menghitung besarnya penyerapan tenaga kerja dengan pemerintah.

"Tidak bisa dibandingkan penyerapan tenaga kerja 2011- 2012 apple to apple dengan 2009- 2010, tidak match, dan aneh, masa ketika pertumbuhan ekonominya melambat elastisitasnya tinggi sementara sekarang yang pertumbuhannya tinggi elastisitasnya malah melambat," kata Armida. 

Oleh karena itulah, agar angka elastisitas penyerapan tenaga kerja antara pemerintah dengan KEN bisa klop Armida meminta KEN untuk duduk bersama pemerintah dan juga BPS untuk menghitung kembali besaran penyerapan tenaga kerja yang terjadi sepanjang tahun 2012 ini. 

Nina menambahkan bahwa pemerintah mungkin bisa saja berkilah tentang perbedaan metodologi penghitungan elastisitas penyerapan tenaga kerja per 1% pertumbuhan antara pemerintah dan KEN tersebut. Tapi, selama BPS belum menjelaskan mengenai perbedaan methodologi tersebut perhitungan yang terjadi akan tetap sama, elastisitas penyerapan tenaga kerja 2012 memang jeblok.

"Dan bukan hanya untuk tahun 2012 ini saja, selama kurun waktu 12 tahun terakhir kalau saya lihat memang pertumbuhan jumlah pekerja dengan kesempatan kerja dan pertumbuhan yang terjadi memang melambat," kata Nina.

Pemerintah pada tahun 2012 ini menargetkan tingkat elastisitas penyerapan tenaga kerja bisa mencapai 450 ribu per 1% pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Untuk tahun 2013, akibat krisis Eropa, target tersebut diturunkan menjadi tinggal 350.000 saja untuk setiap 1% pertumbuhan ekonomi. 

Armida mengatakan bahwa proyeksi tahun 2013 tersebut merupakan proyeksi terkecil yang dibuat oleh pemerintah sejak dua tahun belakangan ini. Oleh karena itulah, agar elastisitas penyerapan tersebut tidak semakin menurun pemerintah akan berupaya sedapat mungkin untuk melakukan perbaikan.

Salah satunya kata Armida, dengan memfokuskan diri pada penguatan perekonomian dalam negeri. Menurut dia, dengan jumlah penduduk Indonesia yang saat ini mencapai 235 juta, dan juga jumlah angkatan kerja per tahun yang mencapai 2,2 juta penguatan ekonomi dalam negeri harus segera dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×