Reporter: Kiki Safitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BOGOR. Guna mengurangi ketergantungan terhadap impor gandum dan tepung terigu, pemerintah berencana untuk menggunakan pangan lokal sebagai substitusi gandum dan terigu dalam pembuatan mie. Adapun jenis pangan lokal yang dimanfaatkan adalah sagu, hanjeli, sorghum, jagung, dan ubi kayu.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kemtan), Agung Hendriadi mengatakan, sejauh ini telah dilakukan komitmen dengan beberapa pihak untuk mulai melakukan pembangunan pabrik mie.
"Program kita bisa dikelola dan pasarnya bagus. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini kita mengundang beberapa tender /perusahaan untuk bekerja sama membangun pabrik mie berbasis pangan lokal. Saat ini, pesantren dan PTPN berkomitmen untuk membuat perusahaan pemasaran untuk mie," ungkapnya, Rabu (7/11).
Terkait dengan teknologi pembuatan mie dari pangan lokal ini, Agung mengaku bahwa sejauh ini teknologi yang diperlukan sudah disiapkan dengan teknologi pengolahan mie. Diharapkan Indonesia bisa menjadi pilot project untuk inovasi ini.
"Ini membuktikan bahwa litbang sudah siap dengan teknologi. Dan Indonesia sudah siap menjadi inisiasi yang utama di dunia untuk membuat mie berbasis non terigu," jelasnya.
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Badan Litbang Kementan, Muhammad Syakir. Ia menyebut bahwa teknologi ini mampu mempertahankan kekayaan genetik di daerah. Selain itu, testimoni dari sampel yang diaebar juga menyebut bahwa rasa mie ini enak.
"Hari ini kita menunjukkan bahwa teknologi sudah siap dan rasanya enak. Sudah ada beberapa testimoni bahwa ini enak dan beberapa perusahaan sudah siap mengembangkan mie berbasis pangan lokal oleh krn itu kita berkeyakinan 2045 Indonesia akan menjadi lumbung pangan," tambahnya.
Beberapa kawasan di Indonesia Timur yang dinilai mampu berkontribusi dalam memproduksi sejumlah pangan lokal secara maksimal. Misalkan saja, Papua dan Maluku. "Jadi sekarang kita sudah memulai, sudah mengimplementasikan. Karena sesuatu inovasi baru harus diinovasikan dan diimplementasikan secara besar-besaran," ungkapnya.
Syakir menambahkan bahwa dengan adanya komitmen ini, Indonesia diharapkan mempu mengurangi ketergantungan impor gandum secara signifikan.
Terkait dengan inovasi ini, Wakil Komisi IV DPR RI, Michael Wattimena mengaku mendukung sepenuhnya usaha pengurangan impor ini. Menurutnya ini merupakan sebagian dari pengembangan potensi lokal.
"Ini juga untuk memberdayakan masyarakat lokal dengan potensi lokal yang dimiliki. Apa yang dilakukan litbang sekarang ini kami sangat mengapresiasi dan sangat mendukung. Untuk kedepannya ditingkatkan kemajuan melalui teknologi," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News