Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) telah membuka opsi untuk memperbesar penarikan pinjaman program (program loan) dari yang ditargetkan sebelumnya. Hal ini adalah salah satu strategi pembiayaan defisit di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Pinjaman program merupakan salah satu instrumen pembiayaan utang pemerintah selain penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
“Kami tahu di semester II masih ada ketidakpastian untuk itu kami penyesuaian strateginya, kami menambah porsi pinjaman,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Luky Alfirman di Kantor Ditjen Pajak Pusat, Selasa (14/8).
“Kami sudah komitmen US$ 2,9 miliar yang bisa kami cairkan tahun ini dan tahun depan,” lanjutnya.
Luky melanjutkan, pihaknya juga mendapatkan penawaran private placement yang cukup membantu Kemkeu dalam membiayai defisit.
“Kami juga dapat penawaran private placement yang cukup membantu kita, dan kami juga tetap mengoptimalkan lelang SUN,” ucapnya.
Kemkeu mencatat, pembiayaan utang hingga akhir Juli 2018 sebesar Rp 205,57 triliun atau 51,49% dari target dengan pertumbuhan -30,64% dibandingkan tahun lalu.
Rinciannya, pembiayaan dari SBN mencapai Rp 221,94 triliun atau 53,54% dari target dengan pertumbuhan -27,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, pembiayaan juga berasal dari pinjaman (neto) yang telah terealisasi sebesar- Rp 16,37 triliun atau tumbuh positif 45,51% (yoy).
Pinjaman ini terdiri atas pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Untuk pinjaman dalam negeri, realisasinya mencapai negatif Rp 83,3 miliar.
Negatifnya realisasi pinjaman dalam negeri disebabkan oleh penarikan pinjaman dalam negeri yang dilakukan lebih kecil dari pada pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri.
Adapun pinjaman dalam negeri yang dilakukan sampai dengan akhir Juli 2018 adalah sebesar Rp 429,8 miliar sementara pembayaran cicilan pokok pinjaman dalam negeri sebesar Rp 513,0 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News