kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,53   14,22   1.56%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenkes diminta olah tembakau jadi vaksin Ebola


Selasa, 02 September 2014 / 09:59 WIB
Kemenkes diminta olah tembakau jadi vaksin Ebola
ILUSTRASI. Download gambar poster Ramadhan 2023 gratis.


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kabar bahwa tembakau mampu menangkal virus Ebola setelah diubah menjadi vaksin membuktikan ada manfaat lain dari tembakau. Karena itu, semua pihak, diminta tidak mudah termakan kampanye global anti tembakau. Apalagi di Indonesia, komoditas ini mampu menopang ekonomi nasional. 

Ketua Umum Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) Ismanu Soemiran mengungkapkan, temuan tembakau mampu menjadi vaksin Ebola membuktikan justifikasi komoditas tembakau sebagai komoditi berbahaya sangat tidak tepat. 

"Pengetahuan manusia sangat terbatas. Kini kita tahu di dalam tembakau justru mengandung unsur tak terduga yang berguna bagi umat manusia. Ini artinya tidak bisa menjustifikasi tembakau adalah produk yang negatif," tegas Ismanu dalam keterangannya, Senin (1/9). 

Temuan tembakau mampu menjadi vaksin juga ditegaskan Guru Besar Bio Cell Universitas Brawijaya Malang Profesor Sutiman. 

Sayangnya, ketika ada penemuan seperti ini, Kementerian Kesehatan tidak aktif. Kementerian ini justru sibuk berkampanye rokok itu pembunuh nomor satu.

"Seringkali kampanye negatif itu lebih bermotif kompetisi dagang, dengan target merusak pilar-pilar penyangga perekonomian negara, termasuk dalam hal ini tembakau," tegasnya. 

Ia mengingatkan, dari sisi ekonomi, tembakau memberi kontribusi kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga mencapai Rp 110 triliun tiap tahun hanya dari cukai rokok. Belum lagi pajak-pajak lainnya ataupun dari sisi penyerapan tenaga kerja.

Ismanu meyakinkan, temuan bahwa tembakau mampu diubah menjadi vaksin harus didukung, dihargai sekaligus didorong. Jangan sampai temuan penting ini diabaikan karena kita lebih menghargai vaksin-vaksin yang diimpor dari luar negeri.

Ismanu menduga segala kampanye negatif terhadap tembakau berawal dari industri farmasi. Untuk itu, ia berharap kreativitas anak bangsa, termasuk temuan tembakau bisa diubah menjadi vaksin, agar terus diinformasikan, bahkan didukung penuh. "Ini anugerah, jadi harus dipromosikan disuarakan, karena secara ilmiah sangat masuk akal," tegasnya.

Sebelumnya, Guru Besar Bio Cell Universitas Brawijaya Malang Profesor Sutiman mengungkapkan, tembakau yang tumbuh di sejumlah wilayah di Tanah Air bisa untuk menangkal virus Ebola.

"Virus Ebola itu memang mirip penyakit HIV/AIDS yang masih belum ditemukan obatnya. Namun, untuk mencegah agar virus tersebut tidak sampai meluas, sebenarnya cukup mudah, yakni dengan tembakau yang diolah menjadi vaksin," kata Sutiman. 

Di dalam tanaman tembakau tersebut terdapat tobacco mosaic virus, dan itu bisa disisipi gen antibodi untuk antiebola.

Menurut dia, Indonesia selalu menjadi pasar potensial untuk vaksin virus Ebola itu. "Bayangkan, berapa juta orang yang harus di vaksin. Itu kan bisnis. Padahal, pembuatan vaksinnya sangat mudah, dan bahan bakunya dari tembakau yang tumbuh subur di Indonesia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×