kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Kemendag minta pengusaha proaktif manfaatkan perjanjian bilateral tingkatkan ekspor


Jumat, 09 Agustus 2019 / 19:39 WIB
Kemendag minta pengusaha proaktif manfaatkan perjanjian bilateral tingkatkan ekspor


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meminta agar Indonesia lebih proaktif di tengah perang dagang yang terus memanas. Apalagi di tengah ekspor yang lesu karena banyaknya tekanan dan harga komoditas Indonesia yang turun.

"Yang kita sikapi saat ini adalah tren penurunan dari situasi market. Untuk itu kita harus mengejar ketertinggalan dengan membuka market akses, yaitu dengan melakukan perjanjian," kata Enggar pada Jumat (9/8) di Jakarta.

Baca Juga: Industri ban was-was pasokan karet dari dalam negeri bakal terganggu

Menurut Enggar, perjanjian itu penting. Ia mengambil contoh soal hilangnya market share CPO Indonesia dengan Turki dan India. Karena tidak ada perjanjian, dua negara tersebut beralih ke Malaysia.

Oleh karena itu, untuk memperkuat ekspor, pihaknya akan menggalakkan perjanjian bilateral. Menurutnya, saat ini perjanjian bilateral Indonesia sudah dilakukan antara lain dengan Jepang, Pakistan, dan Chile. 

Enggar juga mengajak para pengusaha untuk memanfaatkan perjanjian bilateral ini dengan memperkuat ekspor. Hanya, saja menurutnya banyak pengusaha yang belum bisa memanfaatkan situasi ini.

Oleh karena itu, Kemendag melimpahkan ini kepada pemerintah untuk menyosialisasikan secara masif tentang giat ekspor lewat APINDO dan KADIN.

Baca Juga: Kemendag prediksi Indonesia-Chile CEPA meningkatkan nilai perdagangan sebesar 32%

Tantangan lainnya adalah melakukan negosiasi internal kementerian. Menurutnya, lembaga kementerian masing-masing hanya melihat dari sisi sektor, tidak bisa melihat keseluruhan dan masih belum menjadikan ini sebagai prioritas.

Selain itu, dalam menjalankan hubungan antarnegara dibutuhkan rasa saling memahami, karena setiap negara punya karakteristik yang berbeda.

"Namun, itu hanya tantangan kecil karena bila kita bisa menjalin hubungan yang baik, maka kita bisa semakin mengejar ketertinggalan," tambah Enggar.

Untuk impor, Kemendag juga mengimbau untuk tidak terlalu banyak atau "jor-jor"an. Harus ada pengendalian sehingga keseimbangan antara ekspor dan impor bisa terjaga.

Baca Juga: Respons bea masuk biodiesel, pemerintah kumpulkan laporan pengusaha

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×