Reporter: Asep Munazat Zatnika, Dikky Setiawan, Jane Aprilyani, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak ada masa bulan madu bagi Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Begitu dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI, Senin (20/10) depan, di sisa waktu yang tinggal dua bulan, mereka harus kerja ekstrakeras jika tetap mau ekonomi tahun ini tetap tumbuh 5%.
Pasalnya, menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Amerika Serikat (AS), 8–12 Oktober 2014 menyimpulkan, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang tahun ini akan melambat. Ekonomi Afrika Selatan cuma tumbuh 1,8%, Turki sekitar 3%, bahkan Brasil dalam resesi.
"Karena itu, IMF dan Bank Dunia menilai pertumbuhan Indonesia 5,1% cukup tinggi," katanya, (13/10).
Bahkan, jika tekanan global sulit diatasi, mimpi buruk bisa terjadi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa di bawah 5%. "Melihat tren dan kondisinya seperti itu, kecenderungan di bawah 5% ada," tandas Chatib. Ini artinya, target pertumbuhan ekonomi di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar 5,5% ada potensi sulit tercapai.
Berlanjut ke 2015
Celakanya, pelambatan ekonomi tahun ini akan menular ke tahun depan. Chatib memperkirakan, target pertumbuhan 5,8% di APBN 2015 juga sulit tergapai. Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Firmanzah menimpali, salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 2014 dan 2015 adalah melambatnya pertumbuhan investasi.
Saat ini, banyak investor wait and see, menunggu kepastian kebijakan pemerintahan baru. Langkah ini juga dipengaruhi rencana Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) yang akan mempercepat waktu kenaikan suku bunga. Dampaknya, nilai tukar rupiah bisa ikut melemah. Kondisi ini masih ditambah dengan kinerja ekspor yang juga lesu dan berbuntut pada pertumbuhan ekonomi negara kita yang kurang darah.
Saat ini, harga komoditas ekspor andalan Indonesia turun di pasar dunia. Cuma kata David Sumual, ekonom Bank Central Asia (BCA), jika Jokowi-JK menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, pertumbuhan ekonomi 2014 cuma 5%. Jika harga BBM tak naik, ekonomi bisa tumbuh hingga 5,2%.
"Sektor penopang pertumbuhan ekonomi konsumsi rumahtangga dan belanja pemerintah," ujar dia.
Tahun depan, David memproyeksi, bila harga premium dan solar naik, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,5%. Dengan catatan, hasil penghematan anggaran subsidi BBM digunakan membangun infrastruktur guna menopang pertumbuhan.
Joseph Eugene Stiglitz, ekonom Universitas Columbia, AS optimistis, Jokowi-JK bisa memajukan perekonomian Indonesia. Sebab, arah kebijakan mereka sesuai harapan pasar. Apalagi, Jokowi-JK akan memperkuat usaha kecil menengah, pertanian, dan jasa. Apalagi, "Pertumbuhan Indonesia juga berbasis sumberdaya alam," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News