kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kejatuhan rupiah bisa ganggu pencapaian inflasi


Kamis, 31 Mei 2012 / 09:30 WIB
Kejatuhan rupiah bisa ganggu pencapaian inflasi
ILUSTRASI. Pertemuan tahunan khusus Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) di Singapura dibatalkan.


Reporter: Herlina KD, Syamsul Ashar | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Pemerintah boleh lega, perilaku masyarakat yang menganggap harga barang akan naik atawa ekspektasi inflasi mulai berkurang sepanjang Mei 2012. Tapi celakanya, giliran pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang bakal menjadi penyebab inflasi berlari bulan ini.

Berdasarkan pemantauan Kementerian Perdagangan terhadap 21 jenis bahan pokok, hingga 29 Mei 2012 lalu sebanyak 13 barang harganya naik. Lonjakan harga terbesar adalah bawang putih sebesar 10%, dari Rp 15.390 menjadi Rp 17.000 per kilogram. Lalu, cabai merah naik 5% dan ketela naik 4,5%. Sedangkan barang yang harganya turun terbesar ialah minyak goreng curah dan ikan asin.

Beberapa ekonom yang dihubungi KONTAN memperkirakan, inflasi bulanan pada Mei 2012 akan ada di kisaran 0,08% - 0,30%. Mereka sepakat ekspektasi inflasi dari rencana pemerintah menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu mulai reda. "Ada ancaman dari imported inflation akibat pelemahan nilai tukar rupiah," kata Lana Soelistyaningsih, ekonom Samuel Sekuritas Rabu (30/5).

Menurut Lana, dalam hitungan inflasi, komponen imported inflation memiliki bobot sekitar 30%. Sehingga, dia memproyeksi inflasi bulanan pada Mei sekitar 0,24%.
Sementara Juniman, ekonom BII berpendapat, dari sisi harga komoditas, saat ini trennya mulai menurun akibat penurunan harga minyak mentah dunia. Imbasnya, harga beberapa komoditas seperti emas perhiasan dan minyak goreng juga ikut turun.

Juniman memperkirakan, inflasi bulanan pada Mei akan ada di kisaran 0,16% atau lebih rendah ketimbang inflasi April yang mencapai 0,21%. Tapi, secara tahunan atau year on year, inflasi Mei akan naik menjadi sekitar 4,54%.

David Sumual, ekonom BCA juga bilang, secara historis, inflasi Mei akan lebih rendah dibanding April. Penurunan ini didukung oleh meredanya ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi seiring koreksi harga minyak mentah dunia.

Target bisa meleset

David mengakui pelemahan rupiah bisa mengganggu pencapaian target inflasi sepanjang tahun ini sebesar 4,5% plus minus 1%. Penyebabnya, kurs rupiah yang melemah sampai di atas 4% bisa mengerek inflasi. Bahkan, "Kalau rupiah tidak bisa kembali menguat, ini bisa mengganggu target inflasi tahun 2012," ujar David memprediksi.

Senada dengan David, Juniman mengatakan, jika nilai tukar rupiah tidak dijaga akan membahayakan target inflasi terutama dari sisi impor. Pelemahan rupiah juga membuat harga BBM nonsubsidi di dalam negeri ikut naik. Pasalnya, meski harga minyak internasional turun, dengan kurs yang melemah membuat konsumen harus membeli BBM nonsubsidi dengan nilai rupiah yang lebih mahal.

Seperti diketahui, dalam APBN-P 2012 pemerintah mematok target inflasi sebesar 6,8%. Asumsi inflasi ini sudah memperhitungkan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter. Tapi ternyata, kenaikan harga BBM bersubsidi batal direalisasikan, sehingga pemerintah yakin inflasi tahun ini akan ada di kisaran 5%.

Para ekonom juga mengingatkan pemerintah agar tetap mewaspadai inflasi yang disebabkan kenaikan harga pangan. Maklum, dua bulan lagi akan masuk bulan puasa, dan lebaran di Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×