Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kementerian Pertanian mengklaim kasus flu burung makin turun dalam kurun waktu 7 tahun. Kasus flu burung alias avian influenza (AI) pertama kali menjadi endemis di Indonesia pada tahun 2013 lalu. Pada tahun 2007, tercatat ada 2.751 kasus di sejumlah daerah di seluruh Indonesia.
Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Pudjiatmoko mengatakan, hingga tahun lalu kasus flu burung telah menurun signifikan. "Di 2013 terjadi 470 kasus. Turun cukup banyak dari 2007," katanya, Jumat (14/2). Tahun 2013, terjadi sebaran kasus AI level sedang pada 5 provinsi, level rendah pada 19 provinsi dan tidak terjadi kasus pada 9 provinsi.
Sementara, awal tahun 2014 ini terjadi 39 kasus pada 20 kabupaten/kota di 11 provinsi. Pudjiatmoko bilang, wabah AI menunjukkan pola musiman. "Peningkatan kasus terjadi pada musim hujan atau basah," kata dia.
Untuk mengantisipasi kasus AI, terutama pada itik, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah menyiapkan stok vaksin Al clade 2.3.2.1 (untuk itik) sebanyak 250.000 dosis.
"Vaksinasi akan dilakukan setelah selesai masa banjir untuk meningkatkan kekebalan tubuh menghadapi serangan virus AI yang bersikulasi di lingkungan," jelas Pudjiatmoko.
Rata-rata, setiap tahun pemerintah menganggarkan Rp 5 miliar untuk vaksin AI untuk 5 juta dosis. Pembagiannya, 3,5 juta dosis untuk ayam (clade 2.1.3) dan 1,5 juta untuk itik (clade 2.3.2.1). Karena terbatasnya anggaran, pemerintah memfokuskan bantuan vaksin pada peternak-peternak unggas kecil di daerah berpotensi terkena AI tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News