Reporter: Benedicta Prima | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kamar Dagang Indonesia (Kadin) memprediksi neraca perdagangan selama 2019 beresiko mengalami pelebaran defisit. Utamanya disebabkan meningkatnya konsumsi masyarakat dan produksi manufaktur.
"Kondisi ekonomi kita yang membaik juga akan beresiko untuk memperlebar defisit neraca perdagangan seperti tahun ini karena kenaikan konsumsi masyarakat dan produksi manufaktur," ungkap Shinta Widjaja Kamdani Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kadin kepada Kontan.co.id, Kamis (3/1).
Dengan demikian, neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) berpotensi mengalami pelebaran juga. Kendati demikian, menurut Shinta, pemerintah bisa memanfaatkan peningkatan konsumsi serta akan adanya sentra-sentra bisnis baru di koridor trans jawa dan beberapa daerah lain di luar Jawa sebagai tumpuan ekonomi baru.
"Dan bila online single submission (OSS) bisa berjalan dengan baik di bawah BKPM saya juga melihat ada kemungkinan akan ada banyak investasi yang masuk; dengan catatan pemilu berjalan lancar," jelasnya.
Pasalnya saat ini masalah dalam berusaha di Indonesia yaitu regulasi dan kepastian berusaha bisa diselesaikan. Selain itu pemerintah juga mesti siap merespon potensi resiko ekonomi global dan domestik. Kesalahan tahun lalu, menurut Shinta adalah pemerintah telat dan membutuhkan usaha yang lebih ngotot untuk mengatasinya. "Perlu kesiapan pemerintah dalam merespon potensi resiko ekonomi global dan domestik, hususnya bila potensi resiko itu menjadi kenyataan," tambah dia.
Shinta juga menjelaskan tahun 2019, tantangan bagi dunia usaha sama seperti tahun ini yaitu ketidakpastian global mulai dari perang, suku bunga negara maju (khususnya AS), kondisi ekonomi Eropa, pelemahan ekonomi China dan perang dagang.
Sedangkan tantangan dalam negeri adalah pemilu, sebab arahnya semakin tidak konstruktif dan beresiko terhadap kepercayaan bisnis di Tanah Air. Sedangkan peluangnya, pengusaha memiliki potensi untuk perluasan akses pasar seperti di China dan negara dalam perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership (IEU-CEPA). "Kita harapkan IEU CEPA bisa selesai, dan kita bisa berada pada level yang sama dengan Vietnam dalam mengakses pasa dan investasi negara eropa," jelas Shinta.
Shinta berpendapat fokus terpenting pemerintah adalah penguatan ekonomi nasional melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, perbaikan infrastruktur, reformasi kebijakan dan perijinan, sekaligus membuka pasar Indonesia secara baik dan terukur.
Indonesia memiliki kemampuan untuk tidak terlalu bergantung pada negara lain karena kita memiliki modal terpenting, yaitu pasar yang besar. "Cuma karena kita sulit untuk mengembangkan pasar kita sendiri sehingga membutuhkan investasi dan arus modal asing. Hal inilah yang membuat kita rentan," jelasnya.
Seiring dengan perbaikan infrastruktur, SDM dan kebijakan, ke depan pemain lokal akan mampu juga untuk melangkah maju dan menyokong pembangunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News