kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Jokowi klaim paling dekat dengan Presiden Tiongkok


Senin, 17 November 2014 / 07:02 WIB
Jokowi klaim paling dekat dengan Presiden Tiongkok
ILUSTRASI. Kementerian Investasi Sebut Sejumlah Investor Global Siap Masuk ke Industri Baterai EV. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Presiden Joko Widodo telah bertemu dengan berbagai kepala negara dalam tiga forum internasional yang dihadirinya yaitu KTT APEC, KTT ASEAN, dan G-20. Dari banyak negara yang ditemuinya itu, mana kah yang paling dekat dengan Jokowi?

Saat disinggung soal ini, Jokowi langsung menyebut Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. "Kelihatannya Presiden Jinping dan PM Abe. Sering ngobrol," ucap Jokowi di dalam pesawat kepresidenan, Minggu (16/11).

Dengan kedekatannya, Jokowi berhasil menarik hati kedua kekuatan Asia itu untuk berinvestasi di Indonesia. Mereka, sebut Jokowi, berencana berinvestasi di sektor pelabuhan dan kemaritiman.

Sebagai pendatang baru di ketiga forum itu, Jokowi mengaku tak ada perbedaan perlakuan yang diberikan kepala negara lain. Jokowi menilai mereka semua menghargai Indonesia sebagai negara muslim terbesar dan negara demokrasi terbesar di dunia.

"Demokrasi dan Islam bisa berjalan di Indonesia, yang lain? Artinya itu brand buat mereka," kata Jokowi.

Jokowi menegaskan bahwa politik luar negeri bebas aktif akan dianut Indonesia selama masa kepemimpinanya. Namun, dia menyatakan semua kedekatan Indonesia dengan negara lain tidak boleh mengesampingkan kepentingan nasional. Artinya, Jokowi mengungkapkan semua kerja sama asing harus tetap menguntungkan bagi rakyat Indonesia.

"Iya dong harus berteman dengan negara yang menguntungkan. Kalau enggak menguntungkan ya enggak mau. (Buat yang tidak menguntungkan) ya ketemu tetapi dikit saja ya, he-he. Enggak usah dekat-dekat," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu berseloroh. (Sabrina Asril)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×