kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.782   14,00   0,09%
  • IDX 7.487   7,98   0,11%
  • KOMPAS100 1.158   3,64   0,32%
  • LQ45 919   5,52   0,60%
  • ISSI 226   -0,86   -0,38%
  • IDX30 474   3,44   0,73%
  • IDXHIDIV20 572   4,20   0,74%
  • IDX80 132   0,66   0,50%
  • IDXV30 140   1,11   0,79%
  • IDXQ30 158   0,84   0,54%

Jokowi juga mengaku pernah disuap


Kamis, 03 Oktober 2013 / 18:49 WIB
Jokowi juga mengaku pernah disuap
ILUSTRASI. Sebelum Memberinya, Ketahui Bahwa Anggur dan Kismis Beracun untuk Anjing


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan, sebagai pejabat negara selalu berdekatan dengan masalah suap yang disebabkan oleh sistem yang rusak. Sambil bercanda, ia mengaku pernah disuap saat menjabat sebagai Gubernur.

"Saya pernah disuap. Tapi disuapin pas lagi ulang tahun," seloroh Joko Widodo di sela kunjungannya ke warga Waduk Ria-Rio, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (3/10/2013).

Sejurus kemudian, pria yang akrab disapa Jokowi ini berbicara serius soal suap. Menurutnya,  cara yang memungkinkan hindari praktik suap dan korupsi yakni dengan membenahi sistem yang saat ini justru melenggangkan praktik tersebut.

"Ya sistemnya. Kalau di DKI, sistem satu pintu misalnya. Jadi mempersempit ruang lingkup," ucap Jokowi.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus suap kembali mencoreng wajah hukum di negeri ini menyusul ditangkapnya Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lantaran diduga menerima suap terkait perkara sengketa Pilkada yang sedang berjalan dalam persidangan.

Selain Akil, KPK memeriksa empat orang lain yang juga tertangkap tangan, yakni anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Golkar, Chairun Nisa, seorang pengusaha berinisial CN, Bupati Gunung Mas Hambit Bintih dan pihak swasta berinisial DH.

Adapun Akil, Charun Nisa, dan pengusaha CN dicokok di kediaman Akil di Kompleks Widya Chandra, Jakarta. Sementara Hambit dan DH ditangkap di Hotel Redtop, Jakarta Pusat. Bersamaan dengan penangkapan ini, KPK menyita sejumlah uang dollar Singapura yang dalam rupiah nilainya sekitar Rp 2-3 miliar.

Diduga, Chairun Nisa dan pengusaha CN memberikan uang ini kepada Akil di kediamannya malam itu. Pemberian uang itu diduga berkaitan dengan sengketa pemilihan kepala daerah Gunung Mas yang diikuti Hambit. (Tribunnews.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×