kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jokowi gaungkan benci produk luar negeri, begini cerita di baliknya


Jumat, 05 Maret 2021 / 04:15 WIB
Jokowi gaungkan benci produk luar negeri, begini cerita di baliknya
ILUSTRASI. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan cerita dibalik pernyataan presiden yang menggaungkan benci produk luar negeri. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Ia menjelaskan, bisnis UMKM penjual hijab tersebut sempat berjaya selama 2016-2018 hingga mampu mempekerjakan 3.400 karyawan. Total gaji yang dibayarkan UMKM pada pekerjanya itu bahkan mencapai US$ 650.000 per tahun. 

Namun pada 2018 ada sebuah perusahaan asing yang menyadap seluruh informasi UMKM tersebut. Kemudian perusahaan yang mencuri data itu membuat produk serupa di China yang kemudian dipasarkan pula ke Indonesia. 

"Jadi ketika kita buka platform e-commerce global tersebut, benar saja, ternyata hijab yang dijual perusahaan itu harganya hanya Rp 1.900 per satu pcs," ungkap Lutfi. 

Kondisi tersebut tentunya mematikan UMKM lantaran harga yang dipatok hijab asal China itu jauh lebih rendah dari hijab produksi dalam negeri. Padahal, kata Lutfi, nilai bea masuk yang dibayarkan perusahaan tersebut dari impor hijab yang dilakukan hanya sebesar US$ 44.000. 

Baca Juga: Hijab Tanah Abang kena predatory pricing, Kemendag siap atur e-commerce Maret ini

"Mereka membayar bea masuk US$ 44.000 tapi menghancurkan industri UMKM tersebut, yang membayar biaya gajinya US$ 650.000 untuk 3.400 orang," ucap dia. 

Lutfi bilang, praktik curang tersebutlah yang dibenci oleh Jokowi sehingga memicu pernyataan benci produk luar negeri. Sebab imbasnya sangat besar kepada pelaku UMKM lokal. 

Baca Juga: Ini strategi Mendag menghadapi dinamika sektor perdagangan

"Inilah yang menyebabkan kebencian produk asing yang diutarakan Presiden karena kejadian perdagangan yang tidak adil, tidak menguntungkan dan tidak bermanfaat," ujarnya. 




TERBARU

[X]
×