Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama melaksanakan wukuf, jemaah agar memanfaatkan kesempatan terbaik dalam hidupnya dengan memperbanyak dzikir dengan membaca talbiyah, kalimat tauhid, atau membaca Al-Qur’an. Menyelingi zikir dengan berdoa. Sebab Arafah adalah tempat mustajab (terkabulnya doa).
“Meyakini bahwa doanya selama di Arafah dikabulkan Allah dan dosanya diampuni. Mengikuti prosesi wukuf dengan khidmat dan memanfaatkan waktu wukuf dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, bertafakkur merenungi kebesaran Allah, merasa dirinya kecil dan tidak berdaya, berserah diri dan mengharap pertolongan Allah,” kata Juru Bicara PPIH Pusat Akhmad Fauzin di Media Center Haji (MCH) Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
“Bagi jemaah sakit, agar bersabar, ikhtiar berobat ke dokter, serta zikir dan doa untuk kesembuhan. Menjaga salat lima waktu. Jika tidak mampu salat dengan berdiri maka boleh shalat sambil duduk atau berbaring di tempat tidur, atau jika terpaksa dengan isyarat,” sambung Fauzin, Selasa (27/06/2023).
Baca Juga: Kecuali Safari Wukuf, Jemaah Haji Indonesia sudah Diberangkatkan ke Arafah
“Menjaga kesehatan, dengan memperbanyak minum air putih, makan yang cukup, tetap berada di dalam tenda, minum obat yang dianjurkan dokter, dan istirahat yang cukup,” lanjutnya.
Sekitar pukul 19.30 waktu Arab Saudi, kata Fauzn, Jemaah haji mulai diberangkatkan dari Arafah ke Muzdalifah untuk bermalam (Mabit) dan mengumpulkan batu lontar jumrah.
“Mabit di Muzdalifah termasuk wajib haji. Jemaah yang udzur syar’i diperbolehkan meninggalkan mabit di Muzdalifah dan tidak dikenai dam,” katanya.
Selama mabit di Muzdalifah, terang Fauzin, jemaah dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk istirahat dan berzikir. Berzikir dengan membaca talbiyah, membaca Al-Qur’an, kalimat tauhid atau lainnya.
“Tidak ada ibadah khusus selama mabit di Muzdalifah. Menyelingi zikir dengan berdoa kepada Allah, sebab Muzdalifah termasuk tempat mustajab,” terang dia.
Baca Juga: Enam Bandara Angkasa Pura I Berangkatkan 107 Ribu Calon Jemaah Haji
Ia menambahkan, saat di Muzdalifah, jemaah mengambil kantong batu kerikil yang disediakan oleh syarikah, atau mencari sendiri sebanyak 49 (nafar awal) atau 70 (nafar tsani).
Menurutnya, mengambil kerikil di Muzdalifah hukumnya sunah. Jemaah kata Fauzin, diimbau berusaha mempertahankan kondisi kebugaran fisiknya dengan beristirahat atau tidur, menghindari kelelahan, mengonsumsi bekal yang dibawa.
“Minum obat dan menghubungi dokter jika merasa tidak sehat. Pemerintah telah menyiapkan posko kesehatan yang tersebar di sejumlah titik di Muzdalifah,” jelas Fauzin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News