kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jakarta kembali diintai banjir


Rabu, 15 Januari 2014 / 10:50 WIB
Jakarta kembali diintai banjir
ILUSTRASI. Pemerintah menetapkan penyesuaian royalti untuk sejumlah komoditas mineral dan batubara di tengah kenaikan harga yang terjadi.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Jakarta kembali diintai banjir

Berdasarkan analisis Badan Nasional Penanggulangan Bencana, banjir besar masih mengintai Jakarta. Apalagi, Rabu (15/1) ini akan terjadi bulan purnama yang mengakibatkan pasang air laut. Curah hujan tertinggi juga masih akan terjadi pada Maret. Hingga kemarin malam, bencana banjir di Jakarta menewaskan empat warga.

Humas BNPB Sutopo, Selasa, mengatakan, banjir yang terjadi saat ini baru sebagian kecil. Berdasarkan rata-rata curah hujan 100 tahun terakhir, puncak hujan di Jakarta terjadi pada Januari kemudian menurun pada Februari dan akan meningkat lagi pada Maret.

”Banjir yang terjadi saat ini masih bisa terulang,” katanya.

Hari ini juga akan terjadi bulan purnama. Siklus alamiah ini akan menyebabkan air laut pasang, yang bisa mengakibatkan aliran air dari sungai-sungai di Jakarta sulit mengalir ke laut.

Untuk mengurangi dampak banjir, dibutuhkan antisipasi jangka pendek dengan menerapkan teknologi modifikasi cuaca, yang dilakukan dari 14 Januari hingga Maret. Langkah ini dibutuhkan karena penanganan banjir di Jakarta berupa normalisasi sungai belum ada yang selesai. ”Melihat drainase dan tata ruang belum mendukung sepenuhnya untuk pengendalian banjir,” kata Sutopo.

Adapun dana modifikasi Rp 20 miliar jauh lebih murah daripada kerugian dan kerusakan yang disebabkan bencana banjir. Bencana banjir yang melanda Jakarta tahun 2013, Jakarta merugi hingga Rp 7 triliun.

Korban tewas

Banjir yang merendam sejumlah kawasan di Jakarta hingga Selasa telah menyebabkan lima warga Jakarta tewas, yakni Zulfikar (22), warga Jalan Prumpung Sawah, Cipinang Besar, Jatinegara, Jakarta Timur; Hidayat (35), warga Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara; Haji Masri (76), warga Bidara Cina; Fatimah binti Mulyadi, warga Duri Kosambi, Cengkareng; dan Asep (25), warga Jalan Mawar, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Berdasarkan data yang dihimpun Polda Metro Jaya, Zulfikar diduga mencoba berenang mengikuti temannya, tetapi terbawa arus dan tenggelam di Sungai Ciliwung. Jasadnya ditemukan tim SAR di Jembatan Kampung Melayu, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Senin, sekitar pukul 17.30. Asep diduga terpeleset saat banjir, sementara korban tidak bisa berenang. Jasad laki-laki asal Brebes itu ditemukan tertelungkup di pojok kamar mandi saat banjir sudah surut, Selasa, sekitar pukul 04.50.

Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, kepolisian tidak menerima laporan terjadinya pidana atau kriminalitas di wilayah banjir sepanjang Senin-Selasa.

Adapun mengenai kondisi wilayah yang banjir, sampai pukul 14.00 kemarin masih terdapat 48 lokasi banjir atau genangan air. Lokasi itu, 2 di wilayah Jakarta Pusat (Karet Tengsin dan Petamburan), 1 di Jakarta Utara (Penjaringan), 29 di Jakarta Barat (antara lain di Kedoya, Duri Kepa, Kembangan Selatan, Meruya, dan Srengseng), 2 di Jakarta Selatan (Kalibata dan Bukit Duri), serta 3 di Jakarta Timur (Kampung Pulo, Kampung Melayu, Bidara Cina).

Selain itu, banjir juga terjadi di 9 lokasi di Tangerang Kota, 1 lokasi di Tangerang Kabupaten, dan 1 lokasi di Bekasi Kabupaten.

Tidak ada laporan terjadi banjir atau genangan di Kota Bekasi, Depok, dan Kepulauan Seribu.

Sejumlah jalan kemarin juga tergenang banjir. Sebagian bisa dilintasi, sementara sebagian lagi menyebabkan arus lalu lintas putus. Di Karet Tengsin, air setinggi sekitar 20 sentimeter sudah bisa dilintasi. Di Bendungan Hilir, ketinggian air sekitar 1 meter sehingga belum bisa dilintasi.

Di Jalan Raya Kapuk Muara, Jakarta Utara, genangan setinggi 70 sentimeter belum bisa dilintasi. Di Jalan Kramat Raya, air setinggi 10 sentimeter bisa dilintasi. Di Jakarta Barat, Jembatan Dua arah Pesing (depan Duta Mas), air setinggi 30 sentimeter bisa dilintasi. Sementara di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan (depan Nestle), air setinggi 50 sentimeter belum bisa dilintasi.

Lurah Kapuk Muara Purnomo mengatakan, genangan berangsur surut pada Selasa pagi hingga sore. Ada sekitar 2.800 jiwa di wilayahnya yang terdampak banjir. Namun, hanya sekitar 200 orang yang mengungsi di pos pengungsian. ”Muka air laut tidak terlalu tinggi dua hari ini sehingga dampak banjir tidak lebih parah. Petugas mengantisipasi luapan air kali dengan meninggikan dan menutup celah tanggul dengan karung pasir,” ujarnya.

Para pengungsi korban banjir di Jakarta Pusat telah kembali ke rumah masing-masing, Selasa pagi. Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah menginstruksikan agar dapur umum tetap diaktifkan untuk membantu korban banjir. Ribuan nasi kotak terus didistribusikan oleh Palang Merah Indonesia Jakarta Pusat dan para sukarelawan. (RTS/RAY/MKN/RWN/MDN/NDY)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×