Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Untuk menjaga kecukupan pangan nasional, ada tiga yang harus diperhatikan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman dalam menahkodai kementerian tersebut.
Menurut Guru Besar Fakultas Sosial Politik Universitas Indonesia (UI) Bambang Laksmono, Amran perlu menjaga kesinambungan budaya dan produksi pangan nasional.
Kedua, adalah dengan mengambil langkah-langkah strategis manakah pangan yang perlu diekspor dan mana yang diprioritaskan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ketiga, Amran diminta berkomitmen untuk melihat potensi pangan yang bersumber dari maritim.
"Pangan itu memiliki nilai simbolis. Kenapa misalnya, harga buah nasional lebih mahal. Ini menjadi pertanyaan. Ketika buah-buah lokal tidak menjadi primadona, berarti ada sesuatu yang salah. Nah, bagaimana Jokowi ini menempatkan pangan sebagai simbolis," kata dia dalam diskusi bertajuk 'Pekerjaan Rumah Menteri Pertanian era Jokowi-JK', Minggu (2/11).
Menurut Bambang, pangan lebih dari sekadar urusan produksi. Pangan mempunyai peran simbolis, dan diplomatis. Atas dasar itu, pemerintah harus memastikan ketersediaannya. Kedua, lanjut Bambang, produksi pangan harus dapat mengatasi permasalahan strategik jangka pendek. Terjadi konversi lahan besar-besaran di Pulau Jawa, di mana pulau inilah yang paling cocok untuk tanaman pangan. Di sisi lain, pulau-pulau di luar Jawa didominasi oleh perkebunan.
"Ini jadi dilema yang harus kita kerjakan. Di satu pihak, perkebunan merupakan komoditas ekspor andalan, di pihak lain ada kepemilikan masyarakat lokal di lahan itu," imbuh Bambang.
Terakhir, Bambang mengingatkan Amran akan komitmen jangka panjang, berupa pesan politik di bidang maritim. Memang, diversifikasi pangan juga bisa didapat dari laut, seperti rumput laut. Namun, lanjut dia, masa depan energi juga ditumbuhkan dari ganggang, alga, dan sebagainya. Pemerintah harus memperhatikan dua sektor yang terkandung di laut, yakni sumber pangan dan sumber energi. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News