kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iran undang Indonesia hadiri KTT non-blok


Jumat, 22 Juni 2012 / 14:37 WIB
Iran undang Indonesia hadiri KTT non-blok
ILUSTRASI. Rumah Sakit Mitra Keluarga


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah Iran mengundang secara resmi pemerintah Indonesia untuk menghadiri puncak konferensi tingkat tinggi negara-negara Non Blok. Rencananya, pertemuan tersebut bakal berlangsung pada Agustus mendatang di ibukota Iran, Teheran.

"Wapres Iran secara khusus datang ke Indonesia dengan agenda utamanya yakni menyampaikan undangan kepada bapak Presiden untuk menghadiri konferensi puncak negara gerakan non blok di Teheran akhir Agustus nanti," kata juru bicara Wakil Presiden Yopie Hidayat seusai mendampingi Boediono bertemu Wapres Iran bidang Perencanaan dan Anggaran Belanja Ebrahim Azizi, Jumat (22/6).

Menurut Yopie, Indonesia sebagai salah satu pendiri gerakan Non Blok dianggap mempunyai posisi penting. "Presiden Iran mengutus beliau secara khusus untuk menyampaikan undangan itu agar hadir karena mengingat posisi yang penting tadi," katanya.

KTT gerakan non blok ke-16 akan diselenggarakan dari 26-31 Agustus di ibukota Iran, Teheran. Iran akan menerima jabatan presiden bergilir gerakan dari Mesir selama tiga tahun dalam KTT Tehran.

Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur.

Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno Presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser Presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru Perdana Menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.

Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama blok lain, terutama Blok Timur. Pada waktu itu muncul pertanyaan, bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet, seperti Kuba, bisa mengklaim dirinya sebagai negara non blok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×