kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.197   56,12   0,79%
  • KOMPAS100 1.107   11,64   1,06%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   0,95   0,43%
  • IDX30 449   6,34   1,43%
  • IDXHIDIV20 540   5,67   1,06%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,44   0,32%
  • IDXQ30 149   1,61   1,09%

Investor Global Akan Cenderung Selektif Berinvestasi Akibat Inggris dan Jepang Resesi


Rabu, 21 Februari 2024 / 18:35 WIB
Investor Global Akan Cenderung Selektif Berinvestasi Akibat Inggris dan Jepang Resesi
ILUSTRASI. Jepang dan Inggris mengalami resesi, investor global akan cenderung selektif dalam berinvestasi.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perekonomian di negara-negara maju diprediksi mengalami tekanan tahun ini. Bahkan ekonomi Jepang dan Inggris sudah masuk ke jurang resesi.

Kepala Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan Bank Syariah Indonesia (BSI) Kahfi Riza menyampaikan, volatilitas pasar keuangan global saat ini semakin meningkat setelah Jepang dan Inggris  mengalami resesi.

“Hal tersebut akan berdampak terhadap minat investor global yang akan cenderung lebih selektif dalam berinvestasi,” tutur Kahfi kepada Kontan, Rabu (21/2).

Ia menyebut meningkatnya volatilitas di negara maju akan mendorong aliran dana ke emerging market, termasuk Indonesia.

Meski begitu, Kahfi menilai, peluang untuk menarik dana global melalui penerbitan global bond di tahun ini masih terbuka. Hal ini sejalan dengan kebutuhan pendanaan APBN di tahun anggaran yang sedang berjalan. 

Baca Juga: Ada Resesi, Ekonom Sarankan Pemerintah Tunda Penerbitan Global Bond

Hal ini sejalan dengan kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) berada di level 15%.

Meski demikian, penerbitan obligasi dalam negeri diperkirakan akan tetap menjadi prioritas sebagai upaya pendalaman pasar, yang juga akan menjaga stabilitas nilai tukar.

Terkait imbal hasil penerbitan global bond di sepanjang tahun 2024, Kahfi memperkirakan, akan cenderung flat atau tetap, baik dalam mata uang dollar Amerika Serikat maupun rupiah, mengingat tekanan masih cukup tinggi.

“Imbal hasil global bond 10 tahun akan ada di range 4,51% - 5,01% (dalam bentuk USD) dan untuk global bond 10  tahun (rupiah) masih di 6,18% - 6,68%,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×