kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi China Makin Besar, Ancaman atau Peluang?


Jumat, 08 Maret 2024 / 16:25 WIB
Investasi China Makin Besar, Ancaman atau Peluang?
ILUSTRASI. Indonesia menjadi penerima terbesar investasi China di kawasan Asia Tenggara dengan penerimaan mencapai US$ 7,3 miliar pada tahun 2023.


Reporter: Aurelia Lucretie | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia menjadi penerima terbesar investasi China di kawasan Asia Tenggara dengan penerimaan mencapai US$ 7,3 miliar pada tahun 2023. 

Sejumlah investasi besar China di Indonesia diantaranya proyek hilirisasi nikel Morowali, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, serta pendanaan transisi energi oleh 9 perusahaan China kepada PLN. 

Selain proyek besar, China juga melancarkan strategi B2B dengan menfasilitasi pengusaha swata dan lokal China untuk memperluas kesempakatan. 

Menurut Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, investasi China memberi angin segar sebab melahirkan efek diversifikasi negara asal investasi ketika ekonomi negara barat melambat. 

China juga menawarkan pendanaan yang lebih fleksibel, syarat yang mudah, proses cepat. Tak heran, investasi China di Indonesia konsisten meningkat dari tahun ke tahun.

Baca Juga: Pelanggaran TikTok Belum Ditindak, Menteri Teten: Ada Kepentingan Politik

Namun, keputusan investasi China dapat kurang menguntungkan pihak Indonesia.

Indonesia harus waspada sebab investasi China memiliki standardisasi lingkungan dan sosial yang rendah sehingga berpeluang meningkatkan polusi udara, kualitas air di berbagai daerah terkhusus di kawasan hilirisasi.

Menurut Bhima, terkait hilirisasi nikel, pasar Eropa dan AS menganggap produk nikel investasi China tidak sesuai standar lingkungan sehingga terancam sulit menembus pasar wilayah itu. 

Indonesia juga kurang diuntungkan ketika proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung melibatkan APBN akibat perencanaan investasi yang tidak baik. 

Bhima menghimbau pemerintah untuk meningkatkan kualitas investasi dengan China.

"Pemerintah bisa terus melakukan kerjasama dengan Tiongkok/China dengan catatan perlu meningkatkan kualitas investasi baik peningkatan standarisasi lingkungan, sosial, porsi penyerapan tenaga lokal yang lebih besar hingga transfer teknologi ke pelaku usaha domestik," terang Bhima kepada Kontan, Jumat (8/10). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×