kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Ini tiga faktor pendorong kemiskinan anak di Indonesia versi UNICEF


Kamis, 23 Juli 2020 / 15:47 WIB
Ini tiga faktor pendorong kemiskinan anak di Indonesia versi UNICEF
ILUSTRASI. Dua anak menonton video belajar digital dari rumah di Bandung, Jawa Barat, Selasa (17/03/2020). Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa kebijakan untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah perlu dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona atau Covid-


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Social Policy Specialist The United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) Ratnawati Muyanto mengatakan, ada tiga interpretasi faktor pendorong kemiskinan anak di Indonesia.

"Pertama, bertambahnya usia. Menurut kajian yang dilakukan UNICEF dengan mitra pembangunan, kami melihat bahwa seorang anak akan mengalami deprivasi lebih tinggi seiring meningkatnya usia," ujar Ratna di dalam diskusi virtual, Kamis (23/7).

Deprivasi merupakan keadaan ketika individu mengalami kekurangan atas sesuatu yang dianggap penting bagi kesejahteraan psikologis. Di dalam kajian tersebut diketahui bahwa banyak anak Indonesia yang berumur 0 tahun - 4 tahun mengalami deprivasi di bidang kesehatan yang tidak memadai.

Baca Juga: UNICEF: Masih banyak anak Indonesia yang mengalami deprivasi di usia dini

Hal ini, utamanya disebabkan oleh kurangnya akses terhadap imunisasi, dan juga keterbatasan akses terhadap jaminan sosial dalam hal ini BPJS Kesehatan.

"Mungkin kita sudah pernah mendengar bahwa program BPJS Kesehatan saat ini sudah universal coverage, hanya saja mungkin banyak isu yang terkait tentang implementasi di lapangan, mengapa anak-anak misalnya masih terbatas untuk mengakses imunisasi atau memperoleh layanan kesehatan lainnya di fasilitas kesehatan (faskes)," paparnya.

Kemudian, pada saat seorang anak memasuki usia 5 tahun - 17 tahun mereka cenderung mengalami deprivasi dalam bidang pendidikan dan juga tempat tinggal.

Baca Juga: Ini lho cara memberi pemahaman pada anak tentang virus corona

Menurut Ratna, hal ini terkait dengan masalah infrastruktur pendidikan Indonesia yang kurang merata, serta juga terkait dengan lingkungan tempat tinggal anak-anak tersebut yang berada pada wilayah yang sulit dijangkau.

Jadi semakin meningkat usianya, anak-anak ini mengalami deprivasi yang semakin tinggi dalam akses pendidikan dan juga kualitas tempat tinggalnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×