kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini ramalan RBS terhadap ekonomi Indonesia


Kamis, 30 Agustus 2012 / 15:58 WIB
Ini ramalan RBS terhadap ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Provident Agro (PALM) berencana melaksanakan buyback saham sebanyak-banyaknya 110 juta saham.


Reporter: Anna Suci Perwitasari |

JAKARTA. Regional Royal Bank of Scotland (RBS) memperkirakan pertumbuhan Indonesia akan mencapai level 6,2% di 2012. Prediksi ini disampaikan Ekonom Senior RBS Erik Lueth saat Media Briefing di Jakarta, Kamis (30/8).

Hitungan itu didasari atas data pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia di kuartal kedua sebesar 6,4%. Permintaan dalam negeri khususnya investasi tetap menjadi penggerak utama pertumbuhan.

Sementara itu, impor meningkat 10% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Permintaan dalam negeri berkontribusi 8,5% terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan kondisi krisis Eropa yang berdampak terhadap pengurangan permintaan luar negeri, ekspor tetap dapat tumbuh 1,9% dari tahun sebelumnya meskipun lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan sebesar 8% di dua kuartal sebelumnya. Sementara pendapatan bersih ekspor turun 3,2% dari pertumbuhan dari tahun sebelumnya.

"Kami meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus berlanjut. Dengan permintaan domestik yang kuat dan tingginya ekspor bahan baku, Indonesia lebih tidak sensitif terhadap pelemahan ekonomi global dibandingkan negara Asia lainnya. Jika pertumbuhan investasi dapat dijaga seperti pada kuartal kedua yaitu di angka 12,3%, ini akan mampu meningkatkan ekspor," jelasnya.

Namun, dengan kondisi permintaan luar negeri dan permintaan dalam negeri yang tinggi, muncul kekhawatiran bahwa defisit neraca berjalan Indonesia akan semakin besar. Meski demikian RBS berpendapat bahwa defisit tersebut merupakan akibat dari meningkatnya pembiayaan investasi daripada peningkatan konsumsi.

"Untuk negara yang dalam tahap pembangunan seperti Indonesia adalah normal jika terjadi defisit neraca keuangan. Return on capital investment masih tinggi di tahap awal pembangunan. Sehingga wajar bila negara mengambil pinjaman luar negeri untuk investasi sebagai modal pembangunan di dalam negara. Peningkatan investasi dapat mendorong potensi produktif Indonesia dan kapasitas perolehan utang," tambah Lueth.

Lueth juga memandang bahwa pelemahan rupiah yang saat ini terjadi justru malah membantu mengurangi defisit ke depan. Meskipun demikian, kinerja ekonomi global dan Indonesia tetap memiliki pengaruh penting. RBS pun memprediksi pergerakan rupiah di akhir tahun ini mencapai Rp 9.600-Rp 9.700.

Sementara untuk BI Rate, RBS memperkirakan BI rate di level 5,75% hingga akhir 2013. Namun di suku bunga antar bank dan market financial Indonesia sendiri akan meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×