CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.477.000   -5.000   -0,34%
  • USD/IDR 15.827   12,00   0,08%
  • IDX 7.309   -13,32   -0,18%
  • KOMPAS100 1.117   -3,07   -0,27%
  • LQ45 886   1,94   0,22%
  • ISSI 221   -0,98   -0,44%
  • IDX30 454   1,22   0,27%
  • IDXHIDIV20 546   0,97   0,18%
  • IDX80 128   -0,26   -0,20%
  • IDXV30 137   0,10   0,08%
  • IDXQ30 151   0,09   0,06%

Ini Memang Zaman Harga Pangan Mahal


Selasa, 06 Mei 2008 / 19:48 WIB


| Editor: Test Test

Masyarakat seperti­nya belum bisa bernafas lega sampai hari ini. Tekanan kenaik­an harga makanan terus akan mencekik sampai pertengahan tahun ini. Maklum, jurus pe­ngendalian harga yang berlaku awal Februari 2008 belum am­puh untuk menurunkan harga. Komoditas pangan pokok seper­ti minyak goreng dan tepung te­rigu tetap naik harganya.
Harga minyak goreng curah di pasaran naik menjadi Rp 12.000 dari kisaran Rp 10.000 per kilo­gram. Gandum naik dari kisaran Rp 6.900 menjadi Rp 7.000 per kilogram. Sedangkan harga telur naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 11.000 per kilogram. Harga ke­delai naik dari Rp 6.700 menjadi Rp 6.960 per kilogram di tingkat pengrajin tahu tempe.
Hanya komoditas beras yang turun, dari Rp 5.105 pada Janua­ri 2008 menjadi Rp 5.050 per kg pada akhir Februari ini.

Subsidi kedelai agar dipercepat


Kenaikan harga makanan ini, selain memberatkan masyara­kat kelas menengah bawah, juga bakal berdampak bagi inflasi di bulan Februari. Seperti Anda tahu, pengaruh harga beras ter­hadap inflasi bulanan sebesar 25%, sedangkan kelompok ma­kanan jadi dan minuman me­nyumbang 20% inflasi.
"Jika harga gandum naik, akan mengakibatkan kenaikan harga kelompok makanan jadi seperti mi," kata Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Pri­jambodo di Jakarta, kemarin (2/3). Akibat tekanan tersebut, Bambang memperkirakan infla­si Februari 2008 akan berkisar antara 0,5%-0,9%.
Menurut Bambang, penurun-an harga beras tidak akan ber­dampak banyak bagi penurunan inflasi bulan Februari. Alasan­nya, penurunan itu diimbangi dengan kenaikan harga komodi­tas lain.
Bambang yakin, walaupun in­flasi Februari diperkirakan akan tinggi, namun akan turun pada bulan Maret dan April, seiring dengan masuknya musim panen. "Namun, Maret ada tekanan in­flasi akibat kenaikan bahan ba­kar industri sebesar 5%-6% awal Maret ini," kata Bambang.
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indo­nesia (Aprindo) Ratna Sari Lop­pies menyatakan, kenaikan har­ga komoditas tepung terigu saat ini memang sangat menakutkan. "Pertengahan Februari lalu har­ga masih di kisaran US$ 630 per ton, namun akhir Februari lalu meningkat menjadi US$ 800 per ton," katanya. Namun, Aptindo mengaku tidak akan menaikkan harga tepung terigu, sebab me­reka baru saja menaikkan har­ganya sebesar 15%.
Aptindo malah meramalkan harga terigu bakal turun mulai Juni nanti. Sebab, di bulan Juni, Juli, dan Agustus, sentra pro­duksi gandum dunia sedang pa­nen besar. Faktor itulah yang lebih berpengaruh terhadap pe­nurunan harga tepung terigu daripada kebijakan pemerintah yang menanggung bea masuk dan PPh impor. "Jika kenaikan sudah mencapai 200%, penurun-an 10% PPh tidak akan berarti apa-apa," katanya.
Terlepas dari itu, guncangan harga komoditas ini khususnya memukul para pembuat tahu dan tempe. Maklum, sebelum­nya mereka berharap dapat me­nikmati subsidi kedelai sebesar Rp 1.000 per kilogram.
Namun, kebijakan pemerintah itu ternyata belum terasa. Malah harga kedelai tetap tinggi, bah­kan naik.
Kenaikan harga bulan Februa­ri ini membuat pengusaha tahu tempe meminta pemerintah ce­pat menyalurkan subsidi terse­but. Walaupun tidak seberat saat krisis, Koperasi Tahu Tem­pe Indonesia (Koptti) berharap pemerintah segera mengatasi kenaikan harga kedelai. "Kata­nya subsidi turun bulan Februa­ri, tapi sampai sekarang belum ada realisasi. Kalau subsidi jadi turun, kendala naik jadi tidak terlalu terasa," kata Andoko, pengurus Koptti.
Andoko mengaku, selama ini hampir tidak ada masalah de­ngan distribusi kedelai ke ta­ngan konsumen. Masalah uta­manya ialah importir kedelai saat ini hanya berjumlah 4 per­usahaan. Yakni, Liong Seng, Pu­lau Intan, Gunung Sewu, dan Cargill International. Selain Car­gill, tiga importir lainnya adalah perusahaan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×