Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar terkait wacana pemerintah yang sedang mengkaji penerapan nilai tukar dipatok pada level tertentu atau kurs tetap, masih terus berkembang. Tujuannya, untuk memberikan kepastian pasar dan mencegah adanya volatilias nilai tukar yang lebih dalam.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian mengungkapkan, penerapan skema kurs tetap mampu memberikan dampak positif dan negatif. Jika itu diterapkan, positifnya dapat memberikan kepastian bagi pelaku pasar terkait pergerakan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
Sementara, dilihat dari sisi negatif, penerapan sistem kurs tetap tanpa disertai basis neraca berjalan yang kuat, akan membuat risiko perekonomian semakin tinggi dalam jangka panjang. Ini lantaran ekonomi dalam negeri tidak dibiarkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar global.
"Perlu diingat, kurs mengambang terkendali (dengan adanya intervensi), adalah kurs sistem yang dipakai sebelum 1998. Sehingga, untuk sustainabilitas jangka panjang, rupiah harus punya keleluasaan untuk disesuaikan dengan nilai pasarnya," jelas Fakhrul kepada Kontan.co.id, Senin (7/5).
Ia pun menilai, sekarang bukan saat yang tepat untuk menerapkan skema kurs tetap di pasar keuangan. Bahkan, pihaknya tidak menganjurkan skema tersebut diterapkan kembali.
Dengan potensi instabilitas jangka panjang yang bisa muncul kapan saja, penerapan skema kurs tetap berpotensi menciptakan ketidakseimbangan yang luar biasa. Bahkan, akan ada aggressive risk taking karena nilai kurs dipatok.
"Ini akan berujung pada over leverage seperti yang terjadi di periode 1990-an. Pemerintah bisa mengeluarkan regulasi untuk mengatasi hal ini, namun implementasi yang ada, bakal sangat sulit," ungkapnya.
Kondisi tersebut juga dinilai Fakhrul, bakal menyebabkan adanya currency valuation gap yang semakin menganga lebar. Dengan begitu, menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini, harus dibiarkan selama pelemahannya teratur sesuai fundamental. Jika itu dijalankan, ketika saatnya ada periode penguatan, maka rupiah akan menguat dengan sendirinya.
Sekadar informasi, wacana penetapan kurs ini muncul karena pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News