kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dampak penggantian asumsi dasar ekonomi makro sebagai dasar perhitungan APBN 2021


Rabu, 13 Mei 2020 / 15:15 WIB
Ini dampak penggantian asumsi dasar ekonomi makro sebagai dasar perhitungan APBN 2021
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menghadiri Rapat Paripurna DPR yang mengesahkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1/2020 menjadi Undang-Undang, Selasa (12/5)


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2021 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI), Selasa (12/5).

Di dalam penyampaiannya, pemerintah mengganti asumsi suku bunga SPN 3 bulan menjadi asumsi suku bunga SBN 10 tahun.

Dengan digantikannya suku bunga SPN 3 bulan menjadi suku bunga SBN 10 tahun, maka asumsi dasar inilah yang kemudian akan digunakan sebagai dasar perhitungan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021.

Baca Juga: Ganti SPN 3 bulan, Kemenkeu gunakan SBN 10 tahun dalam asumsi makro APBN 2021

Head of Economy Research PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menilai, penggunaan acuan suku bunga SBN 10 tahun sendiri menjadi salah satu indikator risk free dari suatu negara.

Pasalnya, asumsi ini akan menjadi acuan utama cost of fund dari semua instrumen di dalam suatu negara.

"Sementara itu, penggunaan acuan suku bunga SPN 3 bulan lebih kepada cost of fund jangka pendek, sehingga kurang menggambarkan cost of fund jangka menengah sampai dengan panjang," ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Rabu (13/5).

Dengan alasan tersebut, Fikri sangat mendukung penggantian asumsi dasar makro sebagai dasar perhitungan APBN 2021.

Baca Juga: Begini mekanisme pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional

Kemudian, penggunaan suku bunga SBN 10 tahun sebagai acuan baru ini, tentunya akan menjadikan asumsi ekonomi makro memiliki horizon waktu yang lebih lebar.

Menurut Fikri, hal ini juga tidak akan memberikan pengaruh pada besaran pembayaran bunga utang. Pasalnya, pembayaran bunga utang hanya akan tergambar pada kupon atau imbal hasil (yield) dan itu akan sangat berdasar pada mekanisme pasar.

"Penggantian asumsi ini, mungkin akan lebih menciptakan ekspektasi dan kepercayaan pada market akan postur APBN yang lebih realistis," kata Fikri.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman menjelaskan, penggunaan SPN 3 bulan dipandang tidak lagi relevan dengan perhitungan bunga utang di APBN.

Baca Juga: Ini 5 modalitas yang digunakan dalam program pemulihan ekonomi nasional

Hal ini, karena utang berbunga mengambang atau variable-rate debt yang menggunakan SPN 3 bulan sebagai referensi, jumlahnya sudah semakin mengecil. Baik terhadap portofolio utang pemerintah maupun porsinya dalam pembayaran bunga utang setiap tahun.

Luky mengatakan, saat ini penerbitan utang pemerintah sebagian besar dilakukan dalam tingkat bunga tetap atau fixed-rate debt.
Dengan demikian, penggunaan suku bunga SBN 10 tahun dipandang dapat merepresentasikan biaya penerbitan utang pemerintah secara lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×