Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Direktur Lembaga Riset Freedom Institute Mohammad Nabil mengatakan, kelemahan bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo, adalah minimnya kemampuan dan pengalaman politik, manajerial, dan pergaulan di dunia internasional. Oleh karena itu, sosok yang dianggap layak mendampinginya adalah yang memiliki kemampuan untuk menutupi kelemahan Jokowi.
"Jokowi butuh figur wakil yang enerjik, muda, kompeten, dan berpengalaman di bidang makro ekonomi dan geopolitik. Pengalaman nasional dan internasional juga penting supaya Indonesia tidak jatuh pada kepemimpinan yang tidak bervisi," ujar Nabil, dalam diskusi "Meneropong Capres-Cawapres 2014", di Jakarta (31/3/2014).
Menurut Nabil, Wakil Presiden RI 2004-2009 Jusuf Kalla cocok jika disandingkan dengan Jokowi. Ia menilai, Jokowi merupakan figur yang menonjol dari segi personal dan pengalaman politik. Namun, ia menyayangkan jika JK mengalami degradasi posisi, setelah kalah dalam Pemilihan Presiden 2009.
"Beliau pernah jadi wapres. Terus 2009 beliau jadi capres, tapi kalah. Masa sekarang mau jadi cawapres, ini kan turun. Kalau JK sadar, seharusnya dia berpikir ulang," ujar Nabil.
Sementara itu, nama lainnya, Akbar Tandjung, menurut Nabil, tak terlalu terlihat berambisi menjadi calon wakil presiden.
Pendapat lain diutarakan pengamat politik Nehemia Lawalata. Jika Jokowi dan JK berpasangan dalam pemerintahan, menurutnya, wapres akan lebih dominan.
"JK ini tokoh Bugis yang menonjol. (Presiden) SBY aja dicuekin kok. JK nanti akan dominan. Jokowi ini kan orang Solo yang santun," ujar Nehemia.
Lalu, siapa tokoh lain yang dinilainya layak? Nehemia menyebut Gita Wirjawan dan Rizal Ramli yang dinilainya memiliki kemampuan mumpuni untuk menjawab tantangan nasional dan internasional. Ia mengatakan, Gita punya kompetensi yang baik secara nasional dan internasional. Namun, Gita dianggap lemah pada kemampuan berpolitiknya.
"Gita bisa berkomunikasi, bernegosiasi, dan pergaulannya internasional. Tapi dia punya kelemahan di pengalaman politik. Jika enggak punya pengalaman politik dan dukungan politik, ini jadi titik lemah bagi Gita," kata Nehemia.
Selain itu, Rizal Ramli dianggap sebagai "kuda hitam" dalam dunia politik. Nehemia memuji Rizal sebagai sosok yang luar biasa. Namun, dukungan dari elite politik kepadanya sangat sedikit.
"Rizal Ramli pergaulan internasional dan politiknya kuat, tapi enggak punya basis dukungan politik yang kuat. Perlu ada koalisi," ujarnya.
(Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News