kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ini Alasan Eksportir Masih Parkir Devisa Hasil Ekspor di Luar Negeri


Sabtu, 29 Oktober 2022 / 14:31 WIB
Ini Alasan Eksportir Masih Parkir Devisa Hasil Ekspor di Luar Negeri
ILUSTRASI. Sejumlah truk bersiap melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/4/2022). BI dan pemerintah terus berupaya membawa devisa hasil ekspor (DHE) kembali ke Indonesia.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Direktoral Jenderal Bea dan Cukai Kemeterian Keuangan bahu membahu berupaya membawa devisa hasil ekspor (DHE) kembali ke Indonesia. BI dan pemerintah bahkan sampai mengenakan sanksi bagi eksportir yang tidak membawa pulang DHE tersebut ke Indonesia.

Meski sempat direlaksasi karena pandemi Covid-19, BI mengumumkan, sanksi bagi eksportir yang tidak memarkir DHE sumber daya alam (SDA) maupun non SDA di perbankan dalam negeri, kembarli berlaku pada tahun 2022. Harapannya, bisa merangsang aksi eksportir memarkir DHE di dalam negeri.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira melihat kondisi di lapangan masih banyak eksportir yang enggan membawa pulang DHE ke dalam negeri karena beberapa alasan.

Baca Juga: Ini yang Harus Dilakukan Bank Indonesia Saat Rupiah Terus Melemah

Pertama, perbankan dinilai tidak siap untuk menerima DHE, termasuk dalam hal suku bunga deposito valas dianggap terlalu kecil.

“Suku bunga deposito valas kita dianggap terlalu kecil dibandingkan dengan negara lain. Di Singapura misalnya, suku bunga deposito valas bisa mencapai 3% bahkan di atas 4%. Jadi ini mengapa eksportir suka menaruh uang di luar negeri,” terang Bhima dalam Workshop Jurnalisme Ekonomi CELIOS Jelang KTT G20, Sabtu (29/10) di Yogyakarta.

Kedua, para eksportir tetap membutuhkan dolar Amerika Serikat (AS) untuk membayar kapal logistik. Sedangkan bila DHE kemudian dikonversi ke rupiah, akan terjadi ketidakcocokan (missmatch) yang banyak.

Bhima cukup menyayangkan hal ini. Pasalnya, selama ini kita mendapatkan keuntungan dari keanikan harga komoditas, berupa surplus neraca perdagangan yang jumbo. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan barang periode Januari 2022 hingga September 2022 tercatat US$ 39,87 miliar.

Sayangnya, surplus jumbo tersebut tidak diimbangi dengan masuknya DHE secara masif ke dalam negeri, sehingga tidak terlalu kokoh dalam menyokong otot rupiah.

Baca Juga: Ekonomi Global Tak Pasti, Ini Saran Ekonom untuk BI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×