Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian di level global masih tinggi, bahkan ada ancaman perlambatan ekonomi global hingga ancaman resesi ekonomi global. Ketidakpastian global ini masih datang dari ketegangan geopolitik yang menyebabkan disrupsi rantai pasok global, inflasi yang tinggi, serta kenaikan suku bunga acuan negara-negara di dunia.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, untuk melindungi perekonomian domestik dari dampak negatif ketidakpastian global, Bank Indonesia (BI) bisa mengerahkan kebijakannya untuk menjangkar inflasi dan menjaga pergerakan nilai tukar rupiah.
“BI akan fokus ke inflasi dari sisi permintaan dengan menjangkar ekspektasi inflasi, serta BI akan menjaga pergerakan nilai tukar rupiah,” tutur Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (20/10).
Ia memerinci, untuk menjangkar inflasi, BI bisa menggunakan instrumen kebijakan suku bunga acuan. Di tahun ini, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali dengan total kenaikan 125 basis poin (bps).
Baca Juga: Ini Jurus BI Hadapi Potensi Gejolak Ekonomi Global
Dengan menimbang tekanan inflasi dari sisi permintaan dalam negeri masih akan tinggi, maka BI perlu untuk lebih agresif dalam mengetatkan kebijakan moneter dari sisi suku bunga untuk menjaga stabilitas.
“Selain itu, BI juga menyedot likuiditas di perbankan dengan kenaikan giro wajib minimum (GWM) yang juga berdampak pada melambatnya pertumbuhan uang beredar. Ini sudah akan cukup,” tambah Faisal.
Sedangkan untuk mengurangi gonjang-ganjing pergerakan rupiah, Faisal melihat BI akan melakukan triple intervention dan operasi Twist. BI juga bisa memastikan likuiditas valas di dalam negeri, salah satunya dengan akselerasi bawa masuk devisa hasil ekspor (DHE).
BI dan pemerintah sudah kembali menerapkan sanksi bagi eksportir yang belum memarkirkan DHE nya di dalam negeri. Namun, sejauh ini, Faisal masih belum melihat dampak efektivitasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News