kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini 7 skenario koalisi versi Eep Saefulloh Fatah


Rabu, 16 April 2014 / 13:32 WIB
Ini 7 skenario koalisi versi Eep Saefulloh Fatah
ILUSTRASI. 5 Penyebab Wajah Berminyak yang Bikin Ganggu, Apa Saja?


Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Eep Saefulloh Fatah menyatakan, posisi Joko Widodo calon presiden dari PDIP cukup rumit.

Menurutnya, jika Jokowi memilih pasangan yang keliru, tidak menutup kemungkinan Pemilihan Presiden akan berlangsung dua putaran. Sementara jika Jokowi memilih pasangan yang tepat, peluang Pilpres satu kali putaran cukup kuat.

Eep memandang, ada 7 skenario koalisi yang tengah menjadi perhitungan partai politik mengingat waktu pendaftaran capres dan cawapres diundur dari jadwal awal, menjadi 18-20 Mei 2014. Tak heran, jika rentang waktu negosiasi antar partai semakin panjang.

Sejauh ini, PDIP diwakili oleh pernyataan dari Jokowi cukup berkoalisi dengan Partai Nasdem. Adapun keputusan tersebut dinilai oleh Jokowi karena ingin menghindari komplikasi akibat menjalankan politik yang transaksional.

"Oleh sebab itu, Nasdem pun mengajukan Jusuf Kalla (JK), bukan Surya Paloh untuk mendampingi Jokowi," ujar Eep.

Eep kemudian merumuskan ada tujuh skenario yang memungkinkan untuk dimainkan dalam Pilpres 2014 ini.

Skenario pertama adalah posisi dimana Jokowi dimungkinkan berdampingan dengan Hatta Rajasa (PAN), Muhaimin Iskandar (PKB), dan Jusuf Kalla (Nasdem).

Sementara dua calonĀ  dengan poros yang berbeda yakni Prabowo dan Aburizal Bakrie (ARB) mengantongi cara yang berbeda.

ARB dalam skenario satu dimungkinkan berpasangan dengan Wiranto (Hanura), dan paket PKS yakni Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, dan Aher.

Sementara Prabowo Subianto bersama Suryadharma Ali (PPP), Dahlan Iskan dan Pramono Edhie (Demokrat).

Skenario kedua, ketika Jokowi hanya menggandeng JK atau Muhaimin Iskandar (PKB). ARB dengan penimbunan koalisi baru, yakni dengan paket PKS, paket Demokrat, dan Wiranto (Hanura).

Skenario ketiga, Eep hanya menempatkan Jokowi dengan JK, sesuai dengan amanat perkembangan baru-baru ini.

Alhasil, terjadi penggemukan koalisi di tubuh ARB dan Prabowo. Yakni, dimana ARB akan menggandeng PKS, Demokrat, dan Hanura. Sementara Prabowo menggemuk dengan Suryadharma Ali (PPP), Hatta Rajasa (PAN), dan Muhaimin Iskandar (PKB).

Skenario keempat dimana Prabowo dengan motor Partai Gerindra menggandeng semua partai Islam , yakni PKS, PBB, dan PAN. Sementara ARB bersama Demokrat dan Hanura.

Skenario kelima tidak jauh berbeda dimana penggemukan koalisi masih ada di kubu ARB dan Prabowo.

Skenario keenam adalah skenario baru dimana dibukanya poros keempat. Poros keempat ini berpotensi dibuka justru oleh Partai Demokrat.

Menurut Eep, poros keempat adalah hasil kerjasama koalisi semua partai islam, yakni PAN, PPP, PKB, dan PKS dengan Demokrat. Eep menambahkan hal ini sangat dimungkinkan mengingat hubungan SBY dan Hatta Rajasa sangat berpotensi menggiring Demokrat dan PAN menjadi satu rumah.

Sementara skenario ketujuh, Prabowo menggandeng Hatta Rajasa (PAN) dengan PPP yakni Suryadharma Ali dan semua penimbunan partai lain di kubu ARB.

Penggemukan koalisi ini memungkinkan terjadinya perubahan konstelasi politik dalam beberapa pekan menuju Mei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×