kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inflasi di tingkat grosir akan bertransmisi ke inflasi konsumen bulan ini


Kamis, 03 Mei 2018 / 19:08 WIB
Inflasi di tingkat grosir akan bertransmisi ke inflasi konsumen bulan ini
ILUSTRASI. PUSAT PERKULAKAN JAKGROSIR


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas di tingkat konsumen perlu diwaspadai di bulan Mei tahun ini. Sebab, di tingkat grosir harganya sudah naik atawa inflasi. Terutama Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum non migas April 2018, yaitu inflasi 0,12%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dengan perkembangan inflasi grosir sebesar 0,12% di April, maka inflasi grosir tahun kalendernya mencapai 1,63%. Sementara inflasi grosir tahunan April 2018 mencapai 2,6% year on year (YoY).

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti mengatakan, inflasi grosir tersebut terutama disebabkan oleh inflasi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2,09%. "Ini disebabkan oleh naiknya harga batubara sekitar 2,6% di tingkat grosirnya," kata Yunita, Rabu (2/5).

Tak hanya sektor ini, BPS juga mencatat sejumlah sektor lainnya mengalami inflasi, yaitu sektor industri sebesar 0,05%, kelompok barang impor non migas 0,16% dan kelompok barang ekspor non migas 0,12%.

Secara terperinci, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada April 2018, antara lain bawang merah, kol, tepung tapioka, rokok kretek, benda dari besi dan baja impor, serta bijih kerak dan abu logam ekspor.

BPS juga mencatat, IHPB bahan bangunan atau konstruksi yang terdiri dari lima jenis bangunan pada April 2018 secara umum mengalami kenaikan sebesar 0,25%. Kenaikan tertinggi, terjadi pada kelompok bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum, juga kelompok komunikasi.

Adapun kelompok bahan bangunan yang mengalami kenaikan harga di April 2018 antara lain pipa dan aksesorinya, besi beton, bak dan tangki, kawat dan sejenisnya, serta tanah uruk.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, inflasi yang terjadi pada komoditas batubara di tingkat grosir, akan tercermin pula pada kenaikan harga di tingkat konsumen di bulan Mei ini. Transmisinya, antara lain ke barang konsumsi seperti makanan dan minuman olahan, pakaian jadi, hingga perlengkapan rumah tangga yang sifatnya tahan lama.

"Karena inflasinya terjadi di komoditas energi seperti batubara, sedangkan batubara dibutuhkan untuk bahn bakar industri pengolahan maka biaya produksi akan naik," kata Bhima kepada Kontan.co.id.

Sementara inflasi pada IHBP konstruksi lanjut Bhima, juga akan bertransmisi ke beragam barang di tingkat konsumen. Misalnya, kenaikan harga rumah hunian dan perkantoran. "Ada juga yang berpengaruh ke harga bahan bangunan ritel," tambahnya.

Makanya, selain kelompok bahan pangan, kelompok makanan jadi, pakaian, hingga sandang dikhawatirkan akan menjadi pemicu inflasi Mei tahun ini. Apalagi, Mei bertepatan dengan awal ramadan.

"Yang jelas, kalau makanan dan minuman olahan dan juga bahan pangan memang secara seasonal akan mengalami tekanan inflasi," kata Bhima.

Meski begitu, Bhima memperkirakan, inflasi Mei akan mencapai 0,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×