kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inflasi bulan Agustus 2018 diprediksi menurun


Senin, 03 September 2018 / 10:15 WIB
Inflasi bulan Agustus 2018 diprediksi menurun
ILUSTRASI. Aktivitas pasar tradisional


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi pada bulan Agustus 2018 diprediksi turun. Penurunan sebesar basis point secara month to month dari bulan Juli 0,28% menjadi 0,22%. 

"Kalau Inflasi month to month 0,06% dan year to year 3,32%," kata Josua Pardede, Ekonom Bank Permata kepada Kontan.co.id, Senin (3/9)

Josua mengatakan bahwa penurunan inflasi ini karena tren penurunan harga beberapa bahan pangan atau harga pangan bergejolak (volatile food). Hal ini dilihat dari tren harga komoditi pangan seperti harga telur ayam, cabai merah, bawang merah dan bawang putih yang menurun dari bulan Juli 2018.

"Kalau kita lihat sebagian besar komoditas pangan memang cenderung mengalami tren penurunan harga, seperti harga beras hampir turun 0,3%, telur ayam turun 5 %, bawang merah 11%, bawang putih 5%, cabai merah turun 17% dari bulan sebelumnya. Jadi sebagian harga komuditas pangan memang cenderung turun," ujar Josua.

Josua menyebut bahwa dalam kurun waktu satu hingga dua bulan setelah Lebaran, inflasi akan menurun bahkan cenderung mendekati deflasi. Hal ini karena tren harga pangan yang bergejolak cenderung stabil.

"Inflasi itu akan drop ya, biasanya bisa mendekati deflasi. Apalagi harga-harga cenderung trennya turun. Kecuali harga daging ayam yang naik ya. Overall yang kami lihat volatile food memang cenderung stabil," ungkapnya.

Josua juga menyebutkan bahwa di sisi lain faktor pendorong inflasi kecil di bulan Agustus adalah inflasi inti. Hal ini terkait dengan efek biaya pendidikan di tahun ajaran baru sekolah.

"Di sisi lainnya ada faktor pendorong inflasi kecil dari bulan Agustus, itu datang dari core inflation atau inflasi inti, khususnya masih ada efek biaya pendidikan. Karena tahun ajaran baru sekolah itu mendorong kenaikan dari core inflation," ungkapnya.

Terkait dengan pelemahan rupiah juga masih terkait dengan inflasi di bulan Agustus 2018. Namun sejauh ini Josua menilai belum ada dampak yang serius pada consumer price.

"Mungkin sudah mulai ada sedikit dampak dari depresiasi rupiah di bulan Agustus. Meskipun kalau kita lihat dampak perubahan kurs ke consumer price belum terlalu signifikan tapi sudah mulai ada. Core inflation lebih dominan dan menjadi pendorong inflasi kecil di Agustus," ungkapnya.

Lebih lanjut Josua berharap agar pemerintah tetap menjaga nilai rupiah agar tidak terus melemah. Sejauh ini berbagai produk pemerintah tidak mengalami kenaikan, sehingga tidak mendorong inflasi.

"Dari pemerintah juga kita lihat tidak ada kenaikan harga-harga barang, seperti BBM dan segala macamnya masih stabil. Sehingga tidak mendorong inflasi. Pemerintah dan BI diharapkan tetap mengelola dan menjaga agar rupiah tidak membuat dorongan inflasi karena kalau rupiah terus melemah bisa berdampak pada inflasi inti," pungkas Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×