kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Indonesia menjadi satu-satunya produsen pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik


Rabu, 26 Oktober 2011 / 19:38 WIB
Indonesia menjadi satu-satunya produsen pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik
ILUSTRASI. Kedai Sop Hj. Sa'anah di Ciledug, Tangerang, Banten.


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BANDUNG. Indonesia, melalui perusahaan pelat merah PT Dirgantara Indonesia (PTDI), menoreh prestasi tersendiri dalam industri dirgantara. PTDI kini jadi salah satu produsen pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik.

"PTDI tidak memiliki pesaing dari produk pesawat CN-295 selain dari Airbus Military Industries (AMI)," kata Direktur PTDI Budi Susanto dalam sambutannya saat penandatanganan kolaborasi PT DI dan Airbus Military, Rabu (26/10).

Budi menegaskan, kesepakatan kolaborasi dengan AMI memberikan sejumlah nilai tambah untuk PTDI. Pasalnya, kini PTDI memiliki lisensi untuk memasarkan dan memproduksi pesawat ini yang sebelumnya hanya diproduksi oleh perusahaan berbasis di Spanyol itu. "Melalui kerjasama ini PTDI membangun komponen strukturnya 50%," katanya.

Dengan kelanjutan kesepakatan ini, Budi berharap seluruh kebutuhan pasar akan pesawat kelas menengah untuk domestik sipil dan militer dapat dipenuhi oleh PTDI. Tidak terkecuali untuk kawasan Asia Pasifik juga.

CN-295 adalah hasil pengembangan dari CN-235 yang merupakan ikon PTDI yang sebelumnya berlabel Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN). Pesawat yang mampu mengangkut 71 orang penumpang berkapasitas 9,2 ton itu merupakan derivatif dari CN-235 dengan badan lebih panjang tiga meter dibandingkan CN-235 dan mesin dengan tenaga lebih besar.

Budi menyebutkan, total kebutuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dapat dipenuhi PTDI setara pada tahun 2011 sampai 2014 mencapai Rp9,23 triliun. "Jumlah ini membantu kelangsungan hidup satu-satunya industri dirgantara," katanya.

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan saat ini menjadi tonggak baru revitalisasi PTDI. SBY menyebutkan setelah terjadi krisis 13 tahun lalu yang menyebabkan industri mengalami kolaps. Namun pada akhirnya secara perlahan dapat bangkit.

"Saya tahu jajaran di kepemimpinan maupun manejemen dibantu dengan pemerintah telah bekerja sekuat tenaga. Dibantu dengan loyalitas. Sehingga sampai kini masih tetap bertahan," katanya.

Dalam kesempatan itu, ada empat nota kesepahaman yang ditandatangani. Pertama, pengukuhan kolaborasi produk bersama PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Military.

Kedua, penandatanganan komitmen pengadaan pesawat CN-295 antara kementerian pertahanan dan PT DI untuk kebutuhan alutsista TNI. Ketiga, peningkatan perjanjian pemasaran pesawat CN-295 untuk pemasaran di Asia Pasifik. Keempat, penandatanganan Letter of Intent Antara Polri dan PTDI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×