Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Ketergantungan terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS) dalam setiap aspek ekonomi menjadi hal yang perlu digarisbawahi. Dominasi mata uang negeri paman sam tersebut harus bisa dikempiskan sehingga bisa mengurangi gejolak yang tidak perlu.
Direktur Eksekutif Lippo Group Indonesia John Riady mengatakan, China adalah negara dengan ekonomi terbesar di Asia. Nilai ekonomi negeri Tirai Bambu tersebut mencapai US$ 10 triliun. Tidak heran China menjadi negara mitra dagang terbesar bagi negara sekelilingnya, termasuk Indonesia.
Akan tetapi, hubungan mitra dagang dengan China menggunakan mata uang dollar AS. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab mengapa ketika terjadi gejolak di Amerika yang tidak ada hubungannya dengan China ataupun Indonesia, tetap saja Asia terkena dampak.
Maka dari itu, menurut John, Indonesia sebagai salah satu mitra dagang terbesar China harus melakukan diversifikasi dollar AS. "Sebagian bisa diganti dengan euro atau yen," ujarnya dalam World Economic Forum (WEF), Senin (20/4).
Ketika Amerika saat ini sedang akan memulai pengetatan dengan menaikkan suku bunganya, Eropa dan Jepang masih tetap dengan kebijakan moneter longgar. Kondisi ini akan menguntungkan Indonesia jika diversifikasi dilakukan.
Memang, diakui John, diversifikasi ini memakan waktu yang lama yaitu bisa 10-20 tahun. Pemerintah China pun sedang dalam proses menginternasionalisasikan mata uang mereka. Sembari menunggu proses tersebut, Indonesia bisa mulai mendiversifikasi sumber kapitalnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News