Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa dalam kunjungan kerjanya ke Jepang, kedua negara juga membahas mengenai tarif resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat (AS).
Hanya saja, Airlangga menyebut, Indonesia dan Jepang memiliki posisi yang berbeda dalam pembicaraan dengan AS terkait tarif perdagangan, meskipun keduanya berada dalam proses dengan 18 negara lainnya.
Ia menegaskan, pembicaraan mengenai tarif tersebut bersifat bilateral dan tidak dibahas dalam forum multilateral.
Baca Juga: Kena Tarif Resiprokal AS, Indonesia Pilih Negosiasi Ketimbang Retaliasi
"Memang Indonesia menjadi salah satu dari 18 negara yang sedang berproses dengan Amerika, namun proses daripada pembicaraan mengenai tarif sifatnya bilateral. Jadi tidak dibicarakan secara multilateral," ujar Airlangga dalam Konferensi Pers yang digelar secara online, Jumat (9/5).
Airlangga menjelaskan bahwa Indonesia dan Jepang memiliki karakteristik ekonomi yang berbeda. Indonesia, sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah, berperan penting dalam menyuplai bahan mentah, sementara Jepang, sebagai negara manufaktur, sangat bergantung pada bahan baku impor.
Selain itu, Jepang memiliki posisi strategis sebagai sekutu Amerika, sementara Indonesia tetap mempertahankan posisi non-blok dalam politik global.
Meskipun ada perbedaan tersebut, Airlangga menegaskan adanya kesamaan antara Indonesia dan Jepang dalam menghargai kerjasama multilateral dan menjunjung tinggi prinsip rule of law.
Hal ini menjadi landasan penting dalam mempererat hubungan kedua negara. Indonesia juga mendorong peran aktif dalam kerjasama regional, seperti ASEAN+3 dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), untuk memperdalam hubungan ekonomi dan memperkuat supply chain regional.
Baca Juga: Bagaimana Cara Indonesia Menghadapi Tarif Resiprokal AS? Ini Saran Ekonom
Menurutnya, sebagai pelajaran dari pengalaman selama pandemi Covid-19, Indonesia dan Jepang perlu mengembangkan supply chain yang lebih aman dan tidak bergantung pada satu negara saja.
"Jadi ini adalah merupakan sebuah alarm bagi Indonesia maupun Jepang agar tidak menggantungkan, mudahkan untuk membangun supply chain yang lebih kuat," pungkasnya.
Selanjutnya: Askrindo Syariah Jalin Kerja Sama dengan PJM Broker untuk Produk Mitraguna BSI
Menarik Dibaca: DANA Pastikan Pelatihan UMKM Perempuan dan Disabilitas Berjalan Inklusif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News