kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Indonesia belum sanggup bersaing di ASEAN


Kamis, 03 April 2014 / 09:57 WIB
Indonesia belum sanggup bersaing di ASEAN
ILUSTRASI. Jumlah kasus Covid-19 terus mengalami peningkatan seiring dengan ditemukannya subvarian Omicron XBB. REUTERS/Pavel Mikheyev


Reporter: Syarifah Nur Aida, Agus Triyono | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Indonesia berpacu dengan waktu untuk menyambut pelaksanaan pasar bebas Asia Tenggara atawa sering disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Saat itu tiba, ada 12 sektor usaha yang akan dibuka bebas untuk investor asing dari tetangga.

Dari 12 sektor usaha yang akan dibuka, sebanyak lima sektor diantaranya merupakan industri jasa. Sedangkan tujuh sektor sisanya adalah  perdagangan dan industri.

Meski pasar bebas tinggal menunggu waktu, sektor usaha di dalam negeri banyak yang belum siap. Oleh karena itu, pengusaha pun meminta agar pemerintah Indonesia meninjau kembali perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara ini.

Seperti diungkapkan oleh ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, saat ini ada beberapa sektor usaha yang sama sekali belum siap menghadapi gempuran pengusaha tetangga.

Sektor unggulan seperti elektronik dan pertanian, Indonesia belum bisa menandingi Vietnam dan Thailand. "Seperti industri jasa, manufaktur, pertanian dan elektronika," ungkap Sofjan (2/4).

Sedang Ketua Komite Tetap Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perdagangan Dalam Negeri, Franky Sibarani mengatakan pemerintah harus berani menyatakan sektor-sektor sudah siap dan belum siap. "Kalau belum siap, sebaiknya diberi tambahan waktu perbaikan," ujarnya.

Franky berpendapat, sektor usaha yang mampu bersaing dan memiliki persiapan optimal saat ini adalah pariwisata. Banyak tenaga kompeten di sektor ini dan mendapat dukungan pemerintah.

Dukungan pemerintah

Menurut Franky saat ini industri di Indonesia sulit bersaing karena harus berjuang sendiri. Ada beberapa faktor penentu, persaingan, seperti modal, upah buruh, dan komponen produksi lainnya termasuk infrastruktur.

Ia menyebutkan tingkat bunga perbankan negara tetangga saat ini satu digit, sedangkan Indonesia dua digit. Perlu peran pemerintah mendukung permodalan bagi pengusaha.

"Di Thailand permodalan kuat. UKM disana berencana investasi di Indonesia," katanya.Di sisi lain pengusaha Indonesia kesulitan mendapatkan pasokan energi untuk berproduksi, apakah itu listrik ataupun gas. "Persoalan energi, dan bahan baku produksi juga masih harus dipertimbangkan," katanya.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat pesimistis Indonesia bisa memiliki sektor unggulan di MEA 2015. Selama ini kesiapan menghadapi pasar bebas ASEAN hanya tdari pemerintah, bukan pengusaha. "Pemerintah tak melakukan persiapan baik," katanya.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui, ada dua pekerjaan rumah yang belum kelar dilakukan pemerintah. Yakni infrastruktur dan SDM yang belum mumpuni.

Ekonom Hendri Sapari berpendapat,  agar kualitas SDM Indonesia bisa bersaing perlu dibuat sertifikasi. Perlu juga menyaring tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×