Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global baru saja merilis Purchasing Manager's Index PMI Manufaktur Indonesia. Tercatat, PMI Manufaktur Indonesia pada Mei 2023 berada di level 50,3. Angka ini menurun 2,4 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 52,7 pada April 2023.
Anjloknya indeks manufaktur tersebut membuat pengusaha di industri manufaktur membutuhkan dukungan dan atensi pemerintah untuk penguatan industri dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) Edy Suyanto mengatakan, tingkat utilisasi produksi industri keramik pada kuartal I-2023 berada pada level 75%. Ini menurun jika dibandingkan rata-rata tingkat utilisasi produksi tahun 2022 yang berada di level 78%.
Selain itu, kinerja ekspor pada kuartal I-2023 juga mengalami penurunan yang cukup dalam sekitar 40%. Sedangkan kinerja impor mengalami peningkatan sebesar 0,5%.
Baca Juga: Sri Mulyani Wanti-Wanti Hal Ini, Imbas Anjloknya PMI Manufaktur Indonesia Mei 2023
Edy bilang, penurunan utilisasi tersebut dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang melemah akibat inflasi bahan pangan dan juga inflasi pasca kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Di sisi lain, belanja pemerintah terutama di sektor infrastruktur yang menurun juga menjadi penyebabnya.
Bahkan, dirinya menyebut pabrik-pabrik keramik di dalam negeri harus terpaksa sedikit menurunkan kapasitas produksinya lantaran kapasitas gudang pabrik yang semakin terbatas akibat adanya penambahan stock namun permintaan tetap melemah.
"Kapasitas gudang pabrik yang semakin terbatas akibat penambahan stock sejak kuartal III-2022 yang berlanjut sampai sekarang dimana disebabkan oleh melemahnya permintaan baik domestik maupun ekspor," ujar Edy kepada Kontan.co.id, Senin (5/6).
Oleh karena itu, dirinya menyampaikan, industri keramik nasional membutuhkan dukungan dan atensi pemerintah untuk penguatan industri dalam negeri seperti pemanfaatan produk keramik di dalam negeri. Terlebih lagi dirinya bilang, permintaan keramik oleh China juga merosot akibat sektor properti yang stagnan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News