kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor naik, titik bangkit ekonomi?


Kamis, 16 November 2017 / 10:30 WIB
Impor naik, titik bangkit ekonomi?


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspor impor Indonesia pada Oktober 2017 melanjutkan tren penguatan. Bahkan, nilai impor bulan lalu merupakan yang tertinggi selama dua tahun terakhir. Peningkatan impor bisa menjadi pertanda semakin cepatnya laju perekonomian nasional, mengingat sebagian besar komoditas impor adalah barang-barang kebutuhan industri dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Oktober mencapai US$ 15,09 miliar, naik 3,62% dibanding bulan sebelumnya dan naik 18,39% dibanding periode sama tahun 2016 atau year on year (YoY). Pencapaian ini juga mengesankan karena sejak tahun 2015, baru dua kali nilai ekspor Indonesia melampaui US$ 15 miliar per bulan, yakni pada Agustus lalu sebesar US$ 15,23 miliar.

Sedang nilai impor sepanjang Oktober 2017 mencapai US$ 14,19 miliar. Angka itu naik tinggi, sebesar 11,04% dibanding bulan sebelumnya dan meningkat signifikan sebesar 23,33% YoY.

Menilik data BPS, nilai impor bulan lalu menjadi nilai impor tertinggi sejak Januari 2014. Terakhir kali impor menembus US$ 14 miliar, di Desember 2014 lalu sebesar US$ 14,43 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Kenaikan nilai impor ini terjadi karena baik volume maupun harganya meningkat. "Jadi volumenya naik, juga ada kenaikan harga secara agregat sehingga totalnya naik semua," kata Suhariyanto, Rabu (15/11).

Catatan BPS, volume impor naik baik secara bulanan maupun tahunan, masing-masing sebesar 12,35% dan 18,02% YoY. Sementara rata-rata harga agregat barang impor melemah 1,16% dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi naik 4,5% YoY.

Kabar bagusnya, kenaikan impor terjadi di seluruh kelompok barang. Impor bahan baku atau penolong misalnya, naik 12,13% dibanding bulan sebelumnya dan 25,75% YoY. "Ada tiga komoditas yang naiknya lumayan tinggi, yaitu besi, krom, raw sugar, dan kopra," jelas Suhariyanto.

Sementara itu, impor barang konsumsi naik 11,6% dibanding bulan sebelumnya dan naik 29,58% YoY. Adapun komoditas yang mengalami kenaikan cukup tinggi diantaranya butter, jeruk mandarin, keju, hingga daging beku.

Sedangkan impor barang modal naik barang modal naik 5,6% dan naik 9,8% YoY. "Kami harapkan kenaikan impor barang modal akan berkontribusi terhadap komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di kuartal keempat 2017," jelas Suhariyanto.

Awas turun

Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi menganalisa, kenaikan impor di Oktober 2017 menjadi tanda permintaan dalam negeri meningkat untuk memenuhi kebutuhan akhir tahun. Konsumsi pada akhir tahun biasanya meningkat karena ada perayaan Natal dan Tahun Baru.

Namun, yang menarik perhatian Eric adalah kenaikan impor yang lebih besar terjadi pada impor bahan baku dibandingkan impor barang konsumsi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh permintaan swasta, khususnya sektor manufaktur. Demikian juga dengan impor barang modal yang kemungkinan datang dari permintaan pemerintah dan swasta untuk pembangunan infrastruktur.

Kecenderungan ini memberi tanda bahwa gerak industri akan semakin cepat. Di sisi lain, industri adalah penyumbang hampir 20% produk domestik bruto (PDB). Oleh karena itu, kebangkitan impor diharapkan menjadi titik balik pertumbuhan ekonomi.

Eric memperkirakan, impor masih akan naik hingga akhir tahun yang dipengaruhi oleh aktivitas produksi yang akan meningkat. Namun skenario sebaliknya, impor kembali menurun, juga bisa terjadi. "Ada kemungkinan juga impor turun atau naik sedikit saja jika perusahaan-perusahaan sudah merasa cukup banyak melakukan impor bahan baku dan barang modal di Oktober," tambah Eric.

Sementara itu, Eric melihat kenaikan ekspor Oktober 2017 sebesar 3,62% dibanding bulan sebelumnya dan 18,39% YoY menjadi US$ 15,09 miliar lebih disebabkan oleh kenaikan harga komoditas nonmigas. Dengan harga-harga komoditas masih dalam tren naik, ekspor Indonesia ke depan pun tetap akan meningkat. "Demand global juga naik," kata Eric.

Dengan demikian, sepanjang tahun 2017 Indonesia akan menikmati surplus neraca perdagangan mencapai US$ 13 miliar-US$ 15 miliar, jauh lebih tinggi dari surplus tahun lalu yang sebesar US$ 9,53 miliar. Surplus ini akan membantu mengurangi tekanan defisit pada neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Terakhir, CAD pada kuartal III 2017 sebesar US$ 4,34 miliar, turun dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 5,1 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×